Jakarta – Perubahan iklim menjadi masalah serius dan prioritas bagi Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu negara anggotanya mengatasi masalah jangka panjang tersebut. Dewan Eksekutif IMF telah menyetujui pembentukan fasilitas pendanaan baru untuk membantu negara berpenghasilan rendah dan sebagian besar menengah, menghadapi dampak perubahan iklim.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengumumkan persetujuan dana ketahanan dan keberlanjutan yang baru ini dalam sebuah pernyataan setelah rapat dewan. Dana tersebut besarannya mencapai USD 45 miliar atau setara Rp 645 triliun. Menurutnya, dana itu akan memperkuat dampak alokasi Hak Penarikan Khusus IMF senilai 650 miliar USD tahun lalu, dengan memungkinkan anggota yang lebih kaya menyalurkan cadangan darurat mereka untuk memungkinkan negara-negara rentan mengatasi tantangan jangka panjang yang mengancam stabilitas ekonomi mereka.
“Program ini akan dimulai 1 Mei, dengan tujuan mengumpulkan setidaknya 45 miliar USD,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (15/4).
Terkait teknis program, staf IMF akan menjelaskan detail fasilitas pendanaan baru ini dalam beberapa bulan ke depan, setelah mendapat dukungan dari Kelompok 20 ekonomi utama pada Oktober. Sebuah makalah staf IMF yang disiapkan untuk dewan dan dilihat oleh Reuters menjelaskan hampir tiga perempat dari 190 anggota IMF akan memenuhi syarat untuk meminjam dari persetujuan Resilience and Sustainability Trust (RST).
“Keputusan bersejarah ini mewujudkan semangat multilateralisme. Ini menunjukkan ketika ada kebutuhan dan ada kemauan, kita dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang signifikan untuk kepentingan semua,” katanya.
RST, yang pertama kali diusulkan oleh IMF Juni tahun lalu, akan mengisi kesenjangan tersebut, menawarkan lebih banyak negara dengan pembiayaan terjangkau selama periode pembayaran yang diperpanjang, dengan jatuh tempo 20 tahun dan masa tenggang 10,5 tahun. (Hartatik)