Washington, D.C. – Sebanyak 44 negara telah menyatakan minatnya untuk meminjam dana dari program Resilience and Sustainability Trust senilai USD 40 miliar atau sekitar Rp 595,4 triliun. Sebelumnya, sudah ada lima negara yang sepakat mengikuti program tersebut, yaitu Rwanda, Barbados, Kosta Rika, Bangladesh dan Jamaika.
Melansir Channel News Asia, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan hal itu pada acara Komite Bretton Woods di awal pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia, pertengahan April.
“Antrian yang sehat negara-negara adalah tanda bahwa sumber daya fasilitas ketahanan perlu ditingkatkan ke tingkat yang jauh lebih tinggi,” ujar Georgieva.
Program pinjaman dana Resilience and Sustainability Trust dibentuk tahun lalu untuk membantu menyalurkan kelebihan cadangan Hak Penarikan Khusus IMF dari negara-negara kaya ke negara-negara berpenghasilan menengah, untuk menyediakan pembiayaan jangka panjang pada penanganan perubahan iklim dan transisi ke energi bersih.
“Resilience and Sustainability Trust merupakan pembiayaan lunak jangka panjang yang diambil dari Special Drawing Rights IMF dari negara-negara kaya ke negara-negara berpenghasilan menengah yang miskin dan rentan.”
Georgieva menyebut fasilitas pinjaman sekitar USD 40 miliar “berukuran sedang,” yang dilengkapi dengan persyaratan kebijakan ekonomi tertentu seperti memenuhi target fiskal.
Komentarnya muncul saat IMF dan negara-negara anggota Bank Dunia akan membahas cara meningkatkan pinjaman terkait pencegahan perubahan iklim dan investasi di sektor swasta, untuk memenuhi kebutuhan yang diperkirakan triliunan dolar setahun untuk memenuhi target pengurangan emisi.
“Jadi USD 40 miliar bukanlah solusinya sendiri, tetapi ini merupakan kontribusi untuk solusi, jika membantu menghilangkan hambatan untuk investasi berskala besar, terutama investasi swasta di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang,” imbuh Georgieva. (Hartatik/nsh)