IMF: Capai target netral karbon, dunia butuh investasi USD 3,3T

Jakarta – Untuk mencapai target netral karbon pada 2050, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan dana investasi pada bidang energy yang dibutuhkan dunia sekitar 3,3 triliun USD atau setara Rp 47.783 triliun (kurs Rp 14.480/USD) per tahun hingga 2030. Selain itu, berinvestasi untuk adaptasi iklim juga sama pentingnya.

Dalam sambutannya di IMF Policy Dialogue: Climate-Related Financial Risks and Green Finance in Asia and the Pacific, Jumat (1/6), Direktur Manajer IMF, Kristalina Georgieva mengungkapkan, hanya dari penghapusan batubara secara bertahap saja bisa memberi manfaat puluhan triliun dolar per tahun. Selain itu, berinvestasi untuk adaptasi iklim juga sama pentingnya.

“Biaya yang dibutuhkan publik untuk adaptasi iklim sekitar seperempat persen dari Produk Domestik (PDB) global setiap tahunnya selama dekade mendatang. Bagi beberapa negara yang rentan terhadap perubahan iklim, kebutuhan biayanya bisa mencapai 20% dari PDB,” ujar Georgieva.

Dengan kebutuhan pendanaan iklim yang besar, IMF meminta negara-negara untuk menemukan cara untuk menarik lebih banyak pendanaan iklim. Kebutuhan ini makin mendesak bagi negara-negara ekonomi berkembang.

“Peran pasar dan sektor swasta sangat penting untuk memobilisasi dan mengalokasikan sumber daya secara efisien, sambil menetapkan biaya pada risiko iklim,” imbuhnya.

Georgieva menyebut, kini sudah banyak emiten termasuk di negara berkembang yang mulai mengincar pendanaan melalui keuangan berkelanjutan dan sektor keuangan dinilai memainkan peran pendukung yang penting. Meski demikian, ada risiko yang harus dikelola dengan baik oleh bank sentral, regulator dan perusahaan keuangan. Ini termasuk juga perlunya memperkuat dan menyelaraskan regulasi, data hingga taksonomi.

IMF sendiri masuk ke dalam dukungan terhadap pembiayaan perubahan iklim melalui program Resilience and Sustainability Trust. Melalui program ini, lembaga sudah menyalurkan pembiayaan 40 miliar USD untuk membantu negara menghadapi tantangan structural, salah satunya perubahan iklim. Namun, bukan hanya pentingnya pembiayaan, Georgieva juga menyebut negara-negara juga harus mengarahkan sumber daya ke aktivitas rendah karbon dan hemat energi. Karena itu, dibutuhkan juga paket kebijakan yang komprehensif termasuk nilai ekonomi karbon (NEK) yang memadai, pengungkapan risiko iklim hingga langkah-langkah untuk melindungi populasi yang rentan.

“Penting untuk segera mengurangi emisi global sebesar 25-50% pada 2030. Ini semakin urgen bagi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Kawasan ini menghadapi tantangan di mana suhu naik dua kali lebih cepat dari rata-rata global, serta berisiko lebih sering terjadi bencana,” tukasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles