Bali – Pemerintah Indonesia terus mendorong percepatan transisi energi sebagai bagian dari agenda global dengan menekankan pentingnya akses energi bersih yang merata dan terjangkau. Dalam acara Clean Energy Ministerial (CEM) Senior Official’s Meeting (SOM) dan Mission Innovation (MI) Annual Gathering di Bali, Rabu-Jumat, 15 sampai 17 Mei, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyampaikan urgensi akselerasi transisi energi.
“Transisi energi berkeadilan tidak hanya tentang adopsi teknologi baru, green jobs, atau subsidi energi, tetapi juga menyangkut inklusivitas akses terhadap listrik dan clean cooking,” kata Dadan dalam keterangan resmi.
Ia menambahkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi harus segera diimplementasikan guna mempercepat proses transisi energi.
“Saya yakin, transisi energi bersih berkeadilan akan memberdayakan masyarakat, meningkatkan daya saing, dan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya dengan meluncurkan program-program inovatif seperti konversi ke kompor induksi untuk mengurangi biaya memasak dan meningkatkan efisiensi energi di rumah tangga hingga 40%.
“Dengan konversi ke kompor induksi, kami tidak hanya mengurangi biaya memasak, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi di rumah tangga hingga 40%,” ungkap Dadan.
Sementara itu, di sektor industri dan komersial, fokus utama adalah pada manajemen energi dan efisiensi perangkat rumah tangga.
“Program-program ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi energi hingga 20% dan memberikan manfaat besar bagi sektor industri dan komersial,” tambahnya.
Di sektor transportasi, pemerintah merancang program konversi kendaraan berbasis BBM ke motor listrik dengan harapan menghemat biaya bahan bakar hingga 50%.
“Kami berharap dapat menghemat biaya bahan bakar hingga 50% dan mengurangi biaya perawatan kendaraan,” jelas Dadan.
Untuk mendukung percepatan implementasi program kendaraan listrik, pemerintah bahkan menyediakan insentif, infrastruktur, dan pengembangan ekosistem. Tidak hanya menghadirkan perubahan pada level rumah tangga dan industri, Indonesia juga merangkul peluang bisnis dalam bertransisi dari ekonomi fosil.
“Dengan memanfaatkan lahan bekas tambang menjadi lokasi produktif energi terbarukan, serta membudidayakan mangrove sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pemangkasan emisi, tetapi juga membuka peluang baru di pasar karbon,” urai Dadan.
Dalam menghadapi tantangan transisi energi, kolaborasi internasional menjadi kunci utama. Indonesia dan Australia berperan penting sebagai tuan rumah dalam menyelenggarakan pertemuan ini untuk mempercepat transisi energi bersih.
Dadan mengungkapkan pentingnya meningkatkan platform dan mekanisme yang ada, mendorong investasi khususnya untuk pengembangan kapasitas di negara-negara berkembang, dan memastikan arsitektur energi berkelanjutan yang inklusif di tingkat global. Pertemuan CEM dan MI, sambung Dadan, adalah titik awal dari sebuah era baru dalam transisi energi bersih dengan melibatkan semua lapisan masyarakat dan lintas negara.
“Kemitraan adalah pilar penting dalam transisi energi. Tidak ada transisi tanpa kerja sama dan interkoneksi internasional. Tidak ada keamanan tanpa interkonektivitas. Tidak ada keberhasilan tanpa akses energi universal,” tegas Dadan.
Senada dengan Dadan, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan peran aktif Indonesia dalam forum energi bersih global, khususnya CEM.
“Kita telah berpartisipasi aktif dalam alur kerja dan kegiatan CEM. Misalnya saja dalam mendorong penerapan efisiensi energi di dunia industri melalui Energy Management Leadership Award yang telah berhasil diraih oleh Indonesia selama 5 tahun terakhir,” ungkapnya.
Eniya percaya bahwa CEM adalah platform yang tepat bagi Indonesia untuk lebih memperkuat upaya transisi energi Indonesia menuju NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi. Ia berharap CEM mampu menjadi ruang diskusi dan identifikasi pandangan-pandangan yang relevan untuk menarik investasi.
“Forum CEM dan MI akan menciptakan platform bagi para Menteri untuk bertemu dengan lembaga pembiayaan dan bank multilateral guna mendorong proyek energi bersih yang lebih ambisius,” pungkasnya. (Hartatik)