Jakarta – Dalam laporan “Just In Time” yang dikeluarkan Standard Chartered, dinyatakan bahwa kesenjangan pendanaan di pasar negara berkembang saat ini sangat besar (95 triliun USD), tetapi terdapat juga peluang sebesar 83 triliun USD untuk berinvestasi ke pasar negara berkembang melalui transisi yang adil.
“Dalam hal ini negara-negara maju dianjurkan untuk membantu negara berkembang dalam hal pembiayaan yang dibutuhkan. Di sinilah perlunya sebuah kemitraan pembiayaan antara sektor publik dan swasta,” ungkap CEO Grup Standard Chartered Bank, Bill Winters saat berbicara di sebuah sesi B20-G20 round table bertemakan “Sustainable Finance for Climate Transition” yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan RI di Bali, Selasa (19/7).
Tahun lalu, Standard Chartered mengumumkan komitmen net-zero dengan menargetkan capaian net zero dalam kegiatan operasionalnya sendiri pada 2025, dan dari segi pembiayaan pada 2050 dengan mobilisasi pendanaan keuangan hijau sebesar 300 miliar USD dan upaya transisi di periode tahun 2021 dan 2030.
Bill mengatakan, Standard Chartered Bank mendorong terciptanya kemitraan publik-swasta dalam skala besar untuk memobilisasi keuangan dan menyalurkan dana guna membiayai proyek transisi yang berkelanjutan di negara-negara berkembang, dimana pendanaan akan paling berdampak. Ia menekankan, pentingnya peran keuangan campuran atau blended finance untuk meningkatkan investasi. Blended finance adalah pendekatan penataan yang memungkinkan investor publik dan swasta, yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda, untuk berinvestasi bersama.
“Keuangan campuran mengatasi perbedaan antara risiko dugaan dan risiko riil, serta rasio risiko atau imbalan yang buruk, hambatan utama bagi investor swasta melalui modal lunak dan jaminan untuk pembangunan,” terangnya.
Negara berkembang yang mendanai sendiri proses transisi akan merasakan dampak pada pendapatan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, kemiskinan masyarakat di pasar negara berkembang bisa meningkat sebesar 2 triliun dolar AS setiap tahunnya.
“Dalam hal ini negara-negara maju dianjurkan untuk membantu negara berkembang dalam hal pembiayaan yang dibutuhkan. Disinilah perlunya sebuah kemitraan pembiayaan antara sektor publik dan swasta,” ungkap Bill.
Bill memuji inisiatif pemerintah Indonesia dalam peluncuran platform nasional untuk mekanisme transisi energi. “Sangat menggembirakan melihat bagaimana komitmen bangsa-bangsa di dunia menuju transisi yang adil. Hal ini mencerminkan upaya menyalurkan dana ke tangan orang-orang yang akan mampu menghasilkan dampak terbesar, dan itu membutuhkan kemitraan publik-swasta yang luar biasa besarnya untuk mencapai hal ini,” tukasnya. (Hartatik)
Foto banner: CEO Grup Standard Chartered Bank, Bill Winters berbicara di sebuah sesi B20-G20 round table bertemakan “Sustainable Finance for Climate Transition” yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan RI di Bali, Selasa (18/7). (Hartatik)