Jakarta – Batubara masih menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Berdasarkan data dari HEESI ESDM, pada tahun 2023, batubara mendominasi dengan kontribusi sekitar 39,3 persen dalam bauran energi primer nasional. Diikuti oleh minyak bumi sekitar 29,6 persen, gas bumi sekitar 17 persen, dan energi terbarukan hanya sebesar 14,1 persen. Hal ini menandakan bahwa meskipun ada upaya untuk mempercepat transisi energi, ketergantungan pada batubara masih cukup tinggi.
Raditya Wiranegara, Manajer Riset di Institute for Essential Services Reform (IESR), mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga listrik Indonesia masih dihasilkan dari pembakaran batubara. Selain itu, PLN diperkirakan masih akan melanjutkan pembangunan PLTU batubara dengan total kapasitas 5.876 MW hingga tahun 2030. Ditambah dengan PLTU batubara captive, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan rencana pembangunan PLTU batubara terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India. Namun, di sisi lain, Indonesia juga telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada sektor energi pada tahun 2060. Bahkan, skema pembiayaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang saat ini tengah dimutakhirkan menargetkan NZE pada tahun 2050 pada sektor ketenagalistrikan.
“Transisi energi di Indonesia saat ini berjalan di dua jalur yang berlawanan. Di satu sisi, ada rencana untuk menambah kapasitas PLTU, khususnya PLTU captive, tetapi di sisi lain, Indonesia juga menargetkan peningkatan porsi energi terbarukan dalam bauran energi listrik menjadi 44 persen pada 2030. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030 sebesar 290 juta ton CO2. Namun, untuk mencapai target ini, baik PLN maupun pemilik pembangkit captive harus memangkas sebagian besar rencana pengembangan PLTU baru dan mengembangkan energi terbarukan sebagai penggantinya,” ujar Raditya.
Studi IESR menunjukkan bahwa ada potensi pembatalan terhadap sembilan proyek PLTU PLN yang masih dalam tahap pembiayaan. Bahkan, PLN dapat mengalihkan rencana pembangunan PLTU berkapasitas 220 MW menjadi pembangkit biomassa. Selain itu, dengan menurunnya permintaan batubara yang diperkirakan mencapai 2,3 persen pada 2026, ada peluang bagi Indonesia untuk mulai beralih dari ketergantungan pada sumber energi fosil ini.
“Dengan penurunan penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara, Indonesia dapat mengurangi biaya bahan bakar dan biaya variabel di seluruh sistem energi. Pergeseran ke arah energi terbarukan yang lebih hemat biaya menjadi salah satu pendorong utama dalam menekan biaya sistem energi nasional. Namun, transisi energi ini memerlukan keterlibatan seluruh pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, hingga masyarakat,” tegas Raditya.
Di lain sisi, peluang transformasi ekonomi di daerah penghasil batubara juga menjadi perhatian penting. Studi IESR menunjukkan bahwa Kabupaten Paser di Kalimantan Timur dan Kabupaten Muara Enim di Sumatera Selatan dapat mengembangkan sektor-sektor unggulan di luar batubara. Paser memiliki potensi dalam pengembangan jasa keuangan, manufaktur, dan pendidikan. Sementara itu, Muara Enim bisa mengembangkan sektor manufaktur, akomodasi, serta makanan dan minuman. Langkah diversifikasi ini penting untuk memastikan keberlanjutan ekonomi daerah penghasil batubara, terutama ketika permintaan global untuk batubara mulai menurun.
“Dengan peluang besar dalam sektor energi terbarukan dan diversifikasi ekonomi, Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kebijakan transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan. Upaya ini tidak hanya akan membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru di daerah-daerah yang sebelumnya bergantung pada batubara,” kata Raditya.
Acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang akan berlangsung pada 4-6 November 2024 dapat menjadi momen penting untuk mendiskusikan arah kebijakan transisi energi Indonesia sehingga mampu menyediakan energi terbarukan untuk sektor industri. Tema IETD 2024 adalah “Merealisasikan Transisi Energi yang Adil dan Terarah”. Masyarakat Indonesia dapat terlibat dalam acara IETD 2024 dengan mendaftar di ietd.info.
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi media partner tanahair.net dan Institute for Essential Services Reform (IESR)
Sumber:
https://iesr.or.id/infografis/2-daerah-penghasil-batubara-terbesar-kaya-energi-terbarukan/
https://iesr.or.id/dominasi-batubara-di-indonesia-bagaimana-peluang-energi-berkelanjutan/