Jakarta – PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) telah merampungkan pembangunan smelter tembaga berskala besar, dengan kapasitas pengolahan hingga 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, demikian dikabarkan perusahaan tersebut.
Presiden Joko Widodo, dalam peresmian smelter tersebut, menegaskan bahwa fasilitas ini akan membantu Indonesia menjadi pemain kunci dalam industri tembaga internasional.
“Kita tidak lagi sekadar mengekspor bahan mentah, tetapi kini kita memproduksi barang jadi dengan nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Ini adalah langkah besar menuju hilirisasi dan mewujudkan cita-cita kita untuk menjadi negara industri maju,” kata Presiden Jokowi dalam peresmian pada Senin, 23 September.
Menurutnya, keberadaan smelter ini akan mengubah peta perdagangan tembaga dunia, di mana kebutuhan produk-produk tembaga global di masa depan akan bergantung pada produksi Indonesia.
AMMAN mengatakan bahwa capaian ini menandai langkah penting dalam proses hilirisasi sektor tambang Indonesia, yang kini dapat memproduksi tembaga bernilai tambah, sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Berteknologi mutakhir
Smelter AMMAN yang memiliki kapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun akan menghasilkan 220.000 ton katoda tembaga dengan kualitas tinggi. Produk katoda tembaga ini memiliki standar internasional LME Grade A dan sangat dibutuhkan oleh industri elektronik, otomotif, dan konstruksi global. Selain itu, smelter juga akan memproduksi 830.000 ton asam sulfat sebagai produk sampingan yang bernilai ekonomis tinggi.
Menurut Presiden Komisaris PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Hilmi Panigoro, smelter ini juga dilengkapi dengan fasilitas pengolahan lumpur anoda atau Precious Metal Refinery (PMR), yang akan menghasilkan produk tambahan seperti emas, perak, dan selenium.
“Kami telah berhasil menyelesaikan pembangunan smelter beserta fasilitas pendukung dalam waktu 14 bulan, menjadikannya salah satu konstruksi smelter tercepat di dunia,” ujar Hilmi.
Ia menambahkan bahwa AMMAN berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi canggih Double Flash Smelting dalam operasional smelternya. Teknologi ini memungkinkan AMMAN memproduksi tembaga berkualitas premium sekaligus menjaga efisiensi dan kelestarian lingkungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menilai bahwa pembangunan smelter ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tetapi juga membuka lapangan kerja baru yang signifikan, khususnya bagi masyarakat di sekitar wilayah tambang. “Dengan adanya smelter ini, nilai tambah dari sumber daya mineral kita akan semakin meningkat, membuka lapangan kerja, meningkatkan devisa negara, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Bahlil.
Proses konstruksi smelter ini melibatkan sekitar 7.000 tenaga kerja, di mana 80 persen di antaranya adalah pekerja lokal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari Nusa Tenggara Barat.
“Operasional smelter ini akan membantu kita untuk menjaga resiliensi ekonomi dalam negeri, sekaligus meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Kami berharap Indonesia akan semakin kuat dalam rantai pasok tembaga dunia,” kata Hilmi Panigoro.
Menurutnya, smelter AMMAN kini dalam tahap komisioning, yang dijadwalkan berlangsung selama 4-5 bulan sejak Juni 2024. Proses ini melibatkan pemanasan tungku smelter dan persiapan memasukkan konsentrat tembaga ke fasilitas tersebut. Produksi katoda tembaga pertama dijadwalkan dimulai pada kuartal keempat tahun 2024, yang akan menandai dimulainya operasi penuh smelter AMMAN. (Hartatik)
Foto banner: Presiden Joko Widodo meresmikan smelter tembaga dan pemurnian logam mulia AMMAN di Sumbawa Barat, Senin, 23 September. (Handout AMMAN)