Urgensi tantangan cadangan bijih nikel Indonesia

Jakarta – Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) memproyeksikan sumber daya bijih nikel saprolite di Indonesia tidak akan bertahan lama, mengingat mengingkatnya jumlah smelter nikel.

Laporan Indonesian Mining Outlook Year 2023-2024 menyatakan bahwa dengan asumsi seluruh proyek smelter selesai pada tahun 2026, cadangan bijih nikel saprolite diperkirakan hanya akan bertahan hingga tahun 2029.

“Total proyek smelter RKEF yang menyedot pasokan saprolit di Indonesia mencapai 97 unit,” tulis IMA dalam laporan tersebut dan menggarisbawahi urgensi untuk meninjau ulang strategi pertambangan nikel di Indonesia agar dapat menghadapi tantangan ini.

Data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2022 menyatakan bahwa cadangan bijih nikel saprolite di Indonesia mencapai 2,38 miliar ton. Namun, dengan lonjakan permintaan bijih saprolite untuk smelter berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF), seperti yang disampaikan oleh IMA, terlihat bahwa ketersediaan sumber daya ini mungkin tidak akan bertahan lama.

Sementara, data Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, IMA membeberkan bahwa total smelter pirometalurgi yang beroperasi di Indonesia saat ini mencapai 44 unit, sedangkan yang dalam tahap konstruksi 25 unit, dan tahap kelayakan studi 28 unit.

Bijih nikel limonite, bahan baku baterai kendaraan listrik

Fokus juga tertuju pada cadangan bijih nikel jenis limonite yang digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Meskipun cadangan bijih limonite terlihat lebih tahan lama, dengan proyeksi masih dapat bertahan hingga 2048, namun kebutuhan akan smelter berbasis high-pressure acid leach (HPAL) juga harus dipertimbangkan.

Bijih limonite tersebut bakal digunakan untuk empat produk yang diolah smelter HPAL untuk proses ke arah katoda baterai. Keempat produk itu adalah mixed sulphide precipitate (MSP) dengan kebutuhan per tahun sebanyak 2,28 juta ton, mixed hydroxide precipitate (MHP) sejumlah 27,8 juta ton, nikel metal 61,6 juta ton, serta nikel sulfat-kobalt sulfat (Co sulphate) 19,5 juta ton.

Data Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan bahwa ketersediaan bijih limonite di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 2,64 miliar ton. Meskipun demikian, proyeksi ketersediaan ini juga harus disesuaikan dengan perkembangan smelter HPAL yang mungkin mempengaruhi ketersediaan sumber daya nikel di masa depan.

Dalam konteks ini, pernyataan sebelumnya dari Kementerian ESDM yang menyebutkan bahwa cadangan nikel saprolite masih dapat bertahan selama 13 tahun ke depan, sementara cadangan nikel limonite cukup untuk 33 tahun ke depan, menambah kompleksitas dalam merumuskan kebijakan pertambangan nikel yang berkelanjutan. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles