Jakarta – Uni Eropa memberikan dukungan konkret kepada Indonesia dalam mempercepat transisi energi yang berkelanjutan melalui hibah untuk studi mineral kritis, kerangka Tata Kelola Lingkungan dan Sosial (ESG), serta pelatihan tenaga ahli. Hibah ini disalurkan melalui kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Agence Francaise de Development (AFD), ditandai dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) dan Implementing Agreement (IA) di Jakarta.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menegaskan bahwa kolaborasi ini menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam mempercepat pencapaian target Net Zero Emission (NZE) dan mewujudkan sektor energi yang lebih hijau.
“Sebagai negara yang rawan terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia membutuhkan kolaborasi untuk mendapatkan akses teknologi energi mutakhir dan pembiayaan hijau demi percepatan transisi energi,” ujar Dadan dalam keterangan resmi, Jumat, 1 November.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Uni Eropa dan AFD yang telah berkomitmen mendukung Indonesia dengan hibah dan pembiayaan yang memperkuat upaya transisi hijau di berbagai sektor.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei, Denis Chaibi, mengungkapkan bahwa Uni Eropa memandang Indonesia sebagai mitra strategis dalam upaya global menuju masa depan energi berkelanjutan. Dengan sumber daya alam yang melimpah, seperti cadangan nikel yang besar, Indonesia memiliki posisi penting dalam rantai pasokan mineral kritis yang mendukung produksi energi bersih.
“Uni Eropa bangga dapat bermitra dengan Indonesia untuk menjadikan negara ini sebagai pemimpin dalam transisi hijau dunia,” ujar Chaibi.
Menurutnya, hibah ini akan mendukung studi kritis yang diperlukan dalam mengeksplorasi potensi mineral Indonesia, termasuk logistik dan standar lingkungan dalam pemanfaatannya.
Direktur AFD di Indonesia, Yann Martress, menekankan pentingnya kerangka kebijakan dan pelatihan teknis dalam transisi energi yang berkelanjutan.
“Kemitraan ini menegaskan komitmen kami untuk mendukung Indonesia menuju energi yang lebih bersih, sambil memitigasi dampak lingkungan dan sosial yang mungkin muncul,” ungkap Martress.
Menurutnya, penerapan kerangka Tata Kelola Lingkungan dan Sosial (ESG) yang kuat menjadi prioritas dalam kerja sama ini, serta mendukung kebijakan yang selaras dengan visi energi hijau Indonesia.
Wakil Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Laurent Legodec, menambahkan bahwa kolaborasi lintas negara ini juga membuka peluang bagi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan.
“Kolaborasi antara Indonesia dan Perancis adalah langkah strategis dalam mendorong kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan ketahanan energi yang berkeadilan,” ujar Legodec.
Kerja sama ini mencakup beberapa aspek utama yakni program reformasi transisi energi melalui Policy Based Loan Affordable and Sustainable Energy Transition (PBL ASET), studi dan pelatihan untuk pengembangan mineral kritis yang dibutuhkan dalam energi bersih, penerapan ESG, serta aspek-aspek tambahan yang disepakati bersama.
AFD dan Uni Eropa berharap dukungan ini menjadi bagian dari solusi jangka panjang dalam menghadapi perubahan iklim serta meningkatkan daya saing Indonesia di sektor energi global. (Hartatik)