
Semarang – Guna meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), Pemerintah provinsi Jawa Tengah (Jateng) melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengalokasikan bantuan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di 10 pondok pesantren (ponpes). Kesepuluh ponpes tersebut adalah Sabilul Khoirot (Semarang), Muhammadiyah Ahmad Dahlan (Tegal), Al Imam An Nawawi (Tegal), Tanbihul Ghofilin (Banjarnegara), Riyadhussholihin (Sukoharjo), Daarussalaam (Semarang), Ponpes Amanah Ummah (Sukoharjo), Al Utsmani (Pekalongan), An Nawawi (Purworejo) dan Al Kahfi (Jepara).
Pengasuh Ponpes Amanah Ummah Desa Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Fauzan Al Anshori mengatakan, bantuan PLTS dari Pemprov ini sangat bermanfaat. Sebab menunjang kegiatan pembelajaran sehari-hari.
“Alhamdulillah PLTS bisa kami gunakan secara penuh untuk kegiatan pembelajaran, khususnya penggunaan sarana multimedia. Selain itu, kami bisa maksimalkan untuk kegiatan asrama,” kata Fauzan, dalam keterangan tertulis, belum lama ini.
Menurutnya, sebelum ada bantuan PLTS, kegiatan di pesantren terbatas. Namun kini bisa lebih banyak kegiatan kepesantrenan yang dilakukan karena ada tambahan daya listrik. Meski penggunaan listrik untuk kegiatan bertambah, namun biaya yang dikeluarkan tetap hemat. Selain itu, pesantren tidak lagi terkendala adanya pemadaman listrik bergilir yang biasanya terjadi beberapa waktu sekali.
“Kalau dulu per bulan bisa Rp 1,5 juta, tapi karena PLTS biaya listrik berkurang 50 persen lebih. Apalagi kalau musim panas bisa sampai 70 persen. Dan alhamdulillah tidak terkendala pemadaman listrik. Di sini ada 164 santri dengan sistem asrama,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Pengurus Harian Ponpes Riyadhussolihin Nguter, Sukoharjo, Ahmad Rifai. Menurutnya, bantuan PLTS dari Pemprov Jateng bukan hanya untuk pendidikan, melainkan untuk pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK).
“(PLTS) Manfaatnya banyak sekali, untuk mengurangi biaya listrik di Ponpes. PLTS kita fokuskan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Balai Latihan Kerja yang ada jurusan tata busana. Alhamdulillah sangat membantu,” ungkap Rifai.
Ia menambahkan, dengan adanya PLTS tersebut bisa menghemat biaya listrik bulanan. Biasanya lebih dari Rp500 ribu per bulan, kini hanya kisaran Rp230 ribu.
“Dari penghematan biaya listrik itu, uangnya bisa kita alihkan ke kegiatan pendidikan di MI,” tukasnya.
Dari catatan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, pada 2021 sudah terbangun 995 kWp PLTS di Jawa Tengah, terdiri dari alokasi APBN 881 kWp, serta APBD provinsi dan kabupaten 114 kWp. Jumlah tersebut akan bertambah dengan sedang dibangunnya PLTS atap pada kawasan UMKM dan pondok pesantren. (Hartatik)
Foto: Sumber Dok. Pemprov Jateng