Simon Stiell dorong negara-negara untuk pastikan NDC yang berkualitas untuk raih manfaat ekonomi

Jakarta-Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell mendesak negara-negara untuk menyusun rencana iklim nasional yang kuat dan berkualitas tinggi, atau Kontribusi yang Diniatkan Secara Nasional (Nationally Determined Contributions atau NDC), serta memastikan rencana-rencana tersebut selaras dengan tujuan-tujuan ekonomi dan lingkungan. Berbicara di Instituto Rio Branco, akademi diplomatik Brasil, pada tanggal 6 Februari, Stiell menekankan pentingnya rencana-rencana ini dalam membuka potensi ekonomi dari aksi iklim.

“Jadi, meluangkan lebih banyak waktu untuk memastikan bahwa rencana-rencana ini adalah yang terbaik adalah hal yang masuk akal, dengan menguraikan secara tepat bagaimana rencana-rencana tersebut akan berkontribusi pada upaya ini dan oleh karena itu, imbalan apa yang akan diperolehnya,” ujar Stiell, dengan menggarisbawahi perlunya negara-negara memprioritaskan perencanaan yang komprehensif dibandingkan dengan pengajuan yang terburu-buru.

Seruan ini muncul di saat yang kritis, ketika dunia memperingati sepuluh tahun Perjanjian Paris. Stiell mencatat bahwa kerja sama iklim global telah mencegah skenario terburuk yaitu kenaikan suhu sebesar 5°C, namun proyeksi saat ini masih menunjukkan kenaikan suhu sebesar 3°C yang berbahaya. Ia menekankan bahwa NDC yang terstruktur dengan baik sangat penting untuk mempercepat aksi iklim dan mengamankan pertumbuhan ekonomi.

PBB menyerukan agar negara-negara menyerahkan rencana mereka pada tanggal 10 Februari, termasuk target pengurangan emisi tahun 2035 yang baru. Keterlambatan dalam penyerahan NDC merupakan hal yang biasa terjadi. Pada siklus NDC sebelumnya, yang jatuh tempo pada bulan Februari 2020, hanya 48 negara yang telah menyerahkannya pada akhir tahun, dan sebagian besar negara menyelesaikan penyerahannya pada COP26 di akhir tahun 2021.

Inggris, Brasil, Amerika Serikat, Swiss, Selandia Baru, Uni Emirat Arab, dan Uruguay telah menyerahkan rencana lengkap yang mencakup 16% emisi global.

Keharusan ekonomi dari aksi iklim

Stiell membingkai aksi iklim sebagai masalah kepentingan pribadi dan bukan sekadar sinyal kebajikan. “Dalam pacuan kuda besar kehidupan, selalu kedepankan kepentingan pribadi… apa untungnya bagi saya,” ujarnya, mengilustrasikan bagaimana pergeseran ke arah energi bersih saat ini terutama didorong oleh peluang ekonomi.

Ia menunjukkan bahwa pada tahun 2024 saja, USD 2 triliun telah diinvestasikan untuk energi bersih dan infrastruktur-dua kali lipat dari jumlah yang diinvestasikan untuk bahan bakar fosil. Stiell berpendapat bahwa momentum keuangan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap keuntungan jangka panjang energi terbarukan yang unggul.

Ia mencatat bahwa negara-negara yang memanfaatkan momen ini akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, penciptaan lapangan kerja, dan tingkat polusi yang lebih rendah. Negara-negara seperti Brasil dan Inggris telah mengajukan rencana aksi iklim baru yang ambisius, yang mengisyaratkan niat mereka untuk memanfaatkan peluang ini.

Mengatasi kesenjangan dalam pendanaan iklim

Terlepas dari dorongan global terhadap energi terbarukan, Stiell mengakui bahwa negara-negara yang lebih kecil sedang berjuang untuk mengakses tingkat investasi yang sama dengan para pemain besar. Ia mendesak reformasi keuangan internasional agar semua negara dapat berpartisipasi penuh dalam transisi iklim, dan menekankan pentingnya Peta Jalan Baku menuju Belem, yang bertujuan untuk memobilisasi dana sebesar USD 1,3 triliun untuk pendanaan iklim.

“Jika kita dapat melakukan pendanaan dengan benar… lonjakan yang terjadi saat ini dapat meningkat dari USD 2 triliun menjadi kelipatannya, dan dengan cepat,” ujarnya, seraya menyerukan perubahan sistemik untuk memastikan akses yang adil terhadap pendanaan.

Stiell juga mengingatkan negara-negara bahwa rencana iklim mereka harus diserahkan pada bulan September untuk dimasukkan ke dalam Laporan Sintesis NDC PBB menjelang COP30 di Belém. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kemajuan global dan memungkinkan para pemimpin untuk menyempurnakan strategi untuk dekade berikutnya yang sangat penting.

Beliau menyoroti peran Brasil dalam memimpin upaya iklim global, khususnya dalam melindungi hutan hujan Amazon dan memperkuat suara masyarakat adat. “Pengalaman dan kemampuan Brasil yang mendalam menjadi alasan untuk percaya diri bahwa tahun ini akan diterjemahkan ke dalam serangkaian kesepakatan dunia nyata yang tepat,” katanya.

Ketika dunia memasuki dekade yang sangat penting untuk aksi iklim, Stiell mendesak para pemimpin untuk fokus pada implementasi dan bukan pada retorika. Ia mengusulkan pergeseran dari komitmen simbolis ke perjanjian kebijakan konkret yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

“Setiap dolar yang diinvestasikan untuk adaptasi setara dengan enam dolar untuk kerugian dan kerusakan yang dapat dihindari,” katanya, memperkuat logika ekonomi di balik kebijakan iklim yang proaktif. (nsh)

Foto banner: Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell di Upacara Pembukaan COP29/tangkapan layar UNFCCC YouTube channel

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles