Jakarta – PT Pertamina EP (PEP) Prabumulih Field mencatat lonjakan produksi liquefied petroleum gas (LPG) sebesar 33 persen di awal tahun 2025. Senior Manager Pertamina EP Prabumulih Field, Muhammad Luthfi Ferdiansyah, dalam keterangan tertulis, Rabu, 29 Januari, mengungkapkan bahwa peningkatan produksi ini merupakan hasil dari optimalisasi kinerja sumur serta inovasi operasional yang diterapkan di wilayah kerja tersebut.
Produksi yang sebelumnya berada di angka 41 metrik ton per hari pada Desember 2024 kini meningkat menjadi 60 metrik ton per hari. “Kami berhasil meningkatkan produksi LPG melalui optimasi di sumur BRG-40 dan BRG-41. Langkah ini termasuk penerapan on-stream project lowering pressure serta perubahan pola operasi gas di struktur Karangan,” ujarnya.
Jika tren ini terus berlanjut, produksi LPG dari Prabumulih Field diproyeksikan mencapai 21.900 metrik ton sepanjang tahun 2025. “Capaian ini tidak hanya memperkuat pasokan energi nasional, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG,” tambah Luthfi.
Strategi optimalisasi produksi
Senior Manager Production Zona 4, Agung Wibowo, menjelaskan bahwa pencapaian ini diraih di tengah tantangan besar yang dihadapi. “Sebagian besar lapangan di Zona 4 merupakan mature field dengan tingkat produksi yang alami penurunan. Namun, dengan strategi eksplorasi dan eksploitasi yang tepat, kami berhasil meningkatkan produksi,” katanya.
Salah satu strategi utama yang diterapkan adalah modifikasi jalur penyaluran gas. Inisiatif ini diharapkan dapat terus menambah volume produksi LPG hingga akhir 2025. Kepala Departemen Operasi SKK Migas Wilayah Sumbagsel, Bambang Dwi Djanuarto, menyatakan bahwa lonjakan produksi LPG dari Pertamina EP Prabumulih Field merupakan langkah konkret dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.
Ia juga menegaskan bahwa peningkatan produksi LPG akan berdampak langsung pada pengurangan impor LPG. “Dengan produksi domestik yang semakin meningkat, kita bisa lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor energi,” katanya.
Bambang juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam memastikan keberlanjutan produksi LPG yang optimal. “Keberhasilan ini bukan hanya milik Pertamina EP, tetapi juga hasil dari sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dalam industri migas,” tegasnya. (Hartatik)