Jakarta – Para pelaku industri energi terbarukan, seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), mendorong pemerintah untuk menyediakan regulasi yang lebih jelas dan mendukung agar Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam transisi energi global, demikian dinyatakan PGE dalam pernyataan tertulis Kamis, 16 Oktober.
Hal ini diungkapkan dalam REPNAS National Conference & Awarding Night 2024. Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan cadangan sekitar 24 gigawatt (GW). Namun, dikatakannya potensi besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
“Hingga saat ini, baru 10% dari potensi tersebut yang dimanfaatkan. Padahal, panas bumi adalah sumber energi hijau yang bisa menjadi base load dan menopang kebutuhan listrik nasional,” jelas Julfi.
Di sisi lain, Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE, Iin Febrian, menjelaskan bahwa komersialisasi energi hijau masih terhambat oleh berbagai faktor, terutama terkait pendanaan dan penguasaan teknologi. Dikatakannya, dukungan dari pemerintah dalam bentuk regulasi yang jelas sangat diperlukan untuk menarik investasi dan membangun kapasitas industri energi hijau di Indonesia.
Regulasi dan insentif fiskal
PGE, pionir pengembangan energi panas bumi di Indonesia, telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun di sektor ini. Menurut Julfi, percepatan pengembangan energi panas bumi akan sangat bergantung pada dukungan regulasi dan insentif fiskal yang diberikan pemerintah.
PGE mencatat bahwa pengembangan energi panas bumi yang lebih masif berpotensi menarik investasi sebesar USD 17–18 miliar. Selain itu, sektor ini juga berpotensi menyumbang hingga USD 22 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan hingga satu juta lapangan kerja pada 2035.
Menurut Julfi, energi panas bumi adalah bagian penting dari rencana Indonesia untuk mencapai target net zero emission pada 2060. “Panas bumi bisa menjadi kunci untuk transisi energi kita. Jika pengembangannya dipercepat, Indonesia bisa menjadi raksasa energi hijau di dunia,” katanya.
Selain listrik, PGE juga menjajaki pengembangan produk sampingan dari panas bumi, seperti hidrogen hijau, silika, dan kredit karbon. (Hartatik)