
Jakarta – Tim peneliti dari Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pertamina meneliti pemanfaatan ampas kelapa sebagai bahan bakar nabati (BBN) yang bisa digunakan dalam pembuatan biodiesel. Penelitian tersebut bertujuan memperbanyak variasi biomassa untuk campuran biodiesel, sesuai Program Mandatori Biodiesel yang telah dijalankan pemerintah sejak 2014 lalu.
Tim riset ini terdiri dari I Wayan Koko Suryawan dan Ariyanti Sarwono, serta dibantu beberapa mahasiswa. Menurut Wayan, fokus penelitian tersebut menggunakan ampas kelapa hasil pengolahan produk santan.
“Sebagian kecil ampas tersebut biasanya diolah menjadi pakan ternak, sedangkan sisanya dibuang. Jika dibiarkan, limbah tersebut dapat mencemari sumber air tanah dan menimbulkan bau busuk,” jelas Wayan, dalam rilis tertulis, Senin (17/4).
Menurutnya, dalam penelitian tersebut, ampas kelapa sangat berpotensi diolah menjadi biodiesel. Pasalnya, ampas kelapa masih memiliki kandungan minyak kelapa sekitar 15-24 persen dari beratnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tim riset Universitas Pertamina ini kepada beberapa penjual kelapa parut tradisional, rata-rata jumlah kelapa yang diparut dalam satu hari adalah 124 butir atau sekitar 49,6 kg. Jumlah tersebut mampu menghasilkan 48 kg kelapa parut dan rata-rata ampas yang dibuang dalam satu hari sebanyak 20 kg.
“Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan, 20 kg ampas kelapa dapat menghasilkan 3,04 liter bahan bakar nabati. Jika telah diolah menjadi biodiesel, dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar bagi mesin pemarut kelapa menggantikan bensin,” imbuhnya.
Dengan adanya pemanfaatan kembali, tentu opsi biodiesel berbasis ampas kelapa ini menjadi pilihan yang baik bagi para penjual kelapa parut karena mereka tidak perlu membeli bensin terus-menerus. Berdasarkan data tahun 2021 dari Food and Agriculture Organization (FAO), produksi kelapa di Indonesia mencapai 17,15 juta ton dan membuat Indonesia berada di urutan pertama negara penghasil kelapa terbanyak di Asia Tenggara. Produksi kelapa yang tinggi ini berdampak pada jumlah limbah yang tidak sedikit.Hal ini secara simultan juga bisa mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan oleh mesin pemarut kelapa. (Hartatik)