Pemanfaatan PLTGU mengisi masa transisi energi fosil ke EBT

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama jajaran direksi MedcoEnergi dan Fokompimda foto bersama usai meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau. (Sumber: Dok MedcoEnergi)

Jakarta – Pembangkit listrik berbasis gas yang lebih ramah lingkungan dapat meningkatkan kapasitas listrik nasional, sebelum pembangkit listrik energi terbarukan masuk dalam sistem kelistrikan nasional.

Selain itu, membangun pembangkit ramah lingkungan merupakan wujud komitmen Indonesia terhadap energi bersih kepada dunia internasional dengan target net zero emisson (NZE) pada 2060. Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, usai meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau berkapasitas 275 megawatt (MW) di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau.

“Kita harapkan dalam masa transisi ini, atau sebelum pembangkit energi bersih terbarukan masuk, bisa diisi dulu dengan memanfaatkan gas. Emisi yang dikeluarkan dari PLTGU ini lebih rendah jika dibandingkan dengan yang memakai batubara kurang lebih setengahnya,” ujar Arifin dalam rilis tertulis, Minggu (15/5).

Lebih lanjut, menurutnya, Indonesia akan berupaya mencapai target NZE pada 2060, yang artinya akan ada 1,5 Giga Ton CO2 yang harus dilenyapkan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

“Kita memiliki sumber energi baru terbarukan yang bersih cukup besar dengan potensi yang mencapai ribuan gigawatt dan kita baru memanfaatkannya sedikit saat ini,” imbuhnya.

Selain potensi energi terbarukan yang besar, Indonesia juga saat ini masih memiliki gas yang potensinya cukup besar yang perlu diupayakan pemanfaatannya sebagai transisi energi dari fosil ke energi terbarukkan. Gas merupakan komoditas penting terutama untuk mendukung proses transisi energi, dari energi fosil berat ke menuju medium, kemudian ke zero. Gas dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai jembatan menuju 100 persen Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tersebut.

Terkait pengoperasian PLTGU Riau, Arifin mengatakan, biaya produksi listrik di Sumatera kini makin murah. PLTGU berkapasitas 275 MW di Kawasan Industri Tenayan, Pekanbaru, Riau itu dipastikan akan memperkuat keandalan pasokan listrik di sistem Sumatera, khususnya subsistem Riau,

“Sekaligus mendorong biaya pokok penyediaan (BPP) listrik lebih murah dan lebih bersih,” terangnya.

Adapun harga jual tenaga listrik PLTGU Riau ini adalah 6,49 sen dolar AS per kWh atau lebih rendah dari BPP setempat.

PLTGU Riau dimiliki dan dioperasikan oleh PT Medco Ratch Power Riau (MRPR), perusahaan patungan antara PT Medco Power Indonesia dengan Ratch Group. PT MRPR telah mengoperasikan secara komersial PLTGU Riau sejak Februari 2022.

Presiden Direktur Medco Power Eka Satria dalam sambutannya mengatakan, dengan mesin combined cycle berbasis teknologi terkini, PLTGU Riau menghasilkan listrik yang efisien, ramah lingkungan dan memenuhi standard Internasional untuk emisi gas buang dan manajemen kualitas lingkungan.

Sementara itu, Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan, proyek juga sejalan dengan komitmen MedcoEnergi dalam mencapai emisi Net Zero untuk Scope 1 dan Scope 2 pada 2050 dan Scope 3 pada 2060 serta mendukung program energi transisi pemerintah. (Hartatik)

Foto banner: Pembangkit listrik tenaga turbin gas saat matahari terbenam dan senja. (Bannafarsai_Stock/shutterstock.com)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles