Jakarta – Paus Fransiskus, kepala Gereja Katolik Roma meninggal dunia pada hari Senin, 21 April, di usia 88 tahun. Paus Fransiskus dikenal kerap menyuarakan isu-isu global dan seorang pejuang iklim.
Pemimpin Vatikan pertama dari Selatan ini, Paus Fransiskus akan dikenang karena pendekatan reformisnya terhadap Gereja dan karena upayanya menjadikan pengelolaan lingkungan sebagai perhatian utama dalam ajaran Katolik. Ensikliknya pada tahun 2015 yang berjudul “Laudato Si” menandai titik balik dalam doktrin kepausan, dengan membingkai perubahan iklim dan degradasi ekologi sebagai krisis etika yang harus diatasi melalui keadilan dan solidaritas sosial.
“Bumi, rumah kita, mulai terlihat semakin mirip dengan tumpukan sampah yang sangat besar,” kata Paus dalam ensiklik tersebut. “Saudari ini sekarang berteriak kepada kita karena bahaya yang telah kita timpakan kepadanya karena penggunaan dan penyalahgunaan kita yang tidak bertanggung jawab atas barang-barang yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya,” katanya, mempersonifikasikan Bumi sebagai “saudari” yang menangis kesakitan.
Dalam Laudato Si’, Paus Fransiskus memperkenalkan konsep “ekologi integral” – sebuah kerangka kerja yang menghubungkan kesehatan planet ini dengan kesejahteraan umat manusia, terutama mereka yang paling rentan di dunia. Dia menyerukan “pertobatan ekologis,” mendesak umat Katolik dan warga dunia untuk memeriksa kembali hubungan mereka dengan alam dan merangkul gaya hidup berkelanjutan.
Komitmennya semakin kuat dengan dikeluarkannya Laudate Deum pada tahun 2023, sebuah nasihat lanjutan yang memperingatkan konsekuensi mengerikan dari kelambanan iklim. Di dalamnya, Paus mengutuk penyangkalan terhadap perubahan iklim dan mengkritik lambatnya transisi dari bahan bakar fosil, serta menuntut upaya internasional yang lebih kuat untuk melindungi planet ini bagi generasi mendatang.
“Dengan berlalunya waktu, saya menyadari bahwa tanggapan kita belum memadai, sementara dunia tempat kita tinggal sedang runtuh dan mungkin mendekati titik puncaknya,” tulis Paus dalam Laudate Deum.
Di luar tulisannya, Paus Fransiskus memelopori inisiatif konkret di dalam Vatikan, termasuk rencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya untuk membuat Tahta Suci menjadi mandiri dalam hal energi.
Melalui kepemimpinannya yang blak-blakan dalam hal iklim, kemiskinan, dan keadilan, Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang melampaui agama – warisan yang telah mengilhami jutaan orang di seluruh dunia untuk melihat kepedulian terhadap lingkungan sebagai tugas suci. (nsh)
Foto banner: Paus Fransiskus saat berkunjung ke Kazakhstan, 14 September 2022. Yakov Fedorov/Wikimedia Commons