Memperkuat ketahanan pangan keluarga melalui pertanian berketahanan iklim di Pulau Untung Jawa

Pengenalan cara bertanam, bibit, dan pupuk yang dapat dibuat sendiri. Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. (SKSG UI/handout)

Jakarta – Pentingnya ketahanan pangan keluarga menjadi landasan bagi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat, demikian disampaikan oleh Universitas Indonesia pada hari Rabu, 4 Desember.

Menyadari pentingnya hal tersebut, program Pengabdian Masyarakat dari Klaster Riset Studi Islam, Psikologi, Pendidikan, dan Sosial Budaya (KR SI2PSB) dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), menyelenggarakan program pelatihan singkat dengan tema Pertanian Berketahanan Iklim, Ketahanan Pangan Keluarga, dan Produktivitas Hijau di Pulau Untung Jawa pada tanggal 2 – 3 Desember 2024.

Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2, “Zero Hunger”, yang menekankan pada pengentasan kelaparan dan pencapaian ketahanan pangan, gizi yang baik, dan pertanian yang berkelanjutan.

Inisiatif yang didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, khususnya Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu dan Kantor Kelurahan Untung Jawa ini dibangun berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2023. Penelitian tersebut menemukan bahwa ketahanan pangan di Pulau Untung Jawa relatif stabil karena sumber daya makanan laut yang melimpah, kedekatannya dengan pulau-pulau yang lebih besar (seperti Pulau Jawa), dan layanan transportasi yang ada. Namun, masih ada masalah terkait asupan gizi mikro. Untuk mengatasi tantangan ini, perlu dipastikan ketersediaan makanan bergizi melalui praktik pertanian inovatif yang tahan terhadap perubahan iklim, yang disesuaikan dengan sumber daya lahan dan air yang terbatas di pulau ini.

Dengan menggunakan tanaman yang tumbuh cepat dan melibatkan anggota masyarakat-terutama kaum muda-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan memberikan alternatif yang lebih hemat daripada menanam sayuran di rumah. Hasil panen yang berlebih bahkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi di masa depan dan mendukung pariwisata.

Lydia Freyani Hawadi, M.Si, M.M., Psikolog, Kepala Klaster Penelitian KR SI2PSB, menyoroti peran penting pemuda Karang Taruna yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang lebih luas. Prisca Delima membahas ketahanan pangan keluarga dan produktivitas hijau, sementara R.B. Sutarno mendemonstrasikan teknik-teknik pertanian praktis. Yuliana Sujirah memandu para peserta dalam mengolah hasil panen.

Lokakarya ini memperkenalkan teknik pertanian inovatif dengan menggunakan galon dan botol daur ulang, yang memungkinkan pertanian perkotaan di lahan sempit. Tanaman yang dipilih, seperti bayam Brasil, okra, centella, daun bawang, dan daun bawang, dipilih karena mudah tumbuh dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Para peserta juga belajar mengolah tanaman-tanaman yang kurang dimanfaatkan ini menjadi hidangan lokal yang lezat, untuk mempromosikan cita rasa dan manfaatnya.

Sesi pelatihan ini mendapat sambutan yang antusias, dengan para peserta yang berhasil bereksperimen dengan teknik-teknik tersebut dan menerima pesanan untuk makanan olahan mereka melalui grup media sosial di pulau tersebut. Para pelatih memberikan contoh teknologi alternatif, seperti tempat sampah kompos, produksi pupuk cair, wadah pertanian perkotaan, dan benih, untuk mendukung ketahanan pangan keluarga dan produktivitas hijau di pulau tersebut.

Inisiatif ini memberdayakan para peserta untuk memproduksi kompos dan pupuk sambil mempraktikkan pertanian perkotaan yang berkelanjutan secara mandiri. Seiring berjalannya waktu, program ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap makanan bergizi di pulau ini, karena sayuran yang ditanam secara lokal akan tersedia tanpa harus membeli. (nsh)

Foto banner: Gotong royong bertanam di lahan kelurahan. Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. (SKSG UI/handout)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles