Jakarta – Sektor industri merupakan salah satu kontributor penyumbang terbesar, lebih dari 30 persen emisi gas rumah kaca (GRK) global. Pada tahun 2022, sektor industri di Indonesia diperkirakan menghasilkan 430 MtCO2e emisi, yang mengalami peningkatan sebesar 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas emisi ini, lebih dari 70 persen, berasal dari penggunaan energi, baik dari pembakaran langsung maupun listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Berdasarkan Studi Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024 menyoroti urgensi upaya dekarbonisasi industri, khususnya untuk mengurangi emisi dari penggunaan energi, proses industri dan penggunaan produk (IPPU) dan limbah yang berasal dari berbagai sektor industri.
“Tanpa langkah-langkah konkret menuju dekarbonisasi, emisi sektor industri dapat meningkat setidaknya dua kali lipat pada tahun 2050. Untuk mengantisipasi hal ini, penting untuk mendukung berkembangnya ekosistem industri hijau di Indonesia sudah mulai terbentuk meskipun masih dalam tahap awal. Tercatat, hingga tahun 2024 setidaknya 95 sertifikat industri hijau telah diterbitkan dan berlaku untuk berbagai sektor, dan setidaknya tiga kawasan industri hijau sedang dalam tahap pengembangan sebagai proyek percontohan,” ujar Farid Wijaya, Senior Analis, IESR.
Di sisi lain, kata Farid, peta jalan dekarbonisasi sektor industri sedang disusun oleh Kementerian Perindustrian dan diharapkan dapat mempercepat pengembangan industri hijau. Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar. Mengutip data International Energy Agency (IEA), sekitar 60 persen teknologi dekarbonisasi belum tersedia secara komersial dan hanya 35 persen yang baru mencapai tahap adopsi awal. Oleh karena itu, perlu ada peran aktif pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi rendah karbon melalui regulasi, kebijakan, riset, dan peningkatan kapasitas industri.
“Yang paling penting juga adalah pelaporan dan pendataan aktivitas perindustrian melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang dikelola oleh Kementerian Perindustrian harus menyeluruh dan akurat sebagai dasar dari perhitungan aktual, penetapan proyeksi dan verifikasi realisasi target dari aktivitas industri dalam pengelolaan energi, emisi dan limbah yang digunakan dan dihasilkan,” ucap Farid.
Farid menegaskan, beberapa opsi teknologi dekarbonisasi yang dapat segera diadopsi mencakup efisiensi energi, efisiensi sumber daya, elektrifikasi dan energi terbarukan, penggunaan bahan bakar rendah karbon, serta manajemen karbon dan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS). Upaya ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing industri agar bisa diterapkan secara tepat daya dan tepat guna.
Mengutip hasil kajian IESR, terdapat banyak industri di Indonesia dari sektor semen, besi baja, tekstil, kertas, amonia dan sektor industri lainnya sudah memiliki kesadaran dan motivasi untuk melakukan upaya dekarbonisasi. Sebagian besar industri-industri ini sudah memiliki perencanaan dan target dekarbonisasi yang berbeda. Meski demikian, para pelaku industri menghadapi tantangan khususnya terkait kejelasan dan kewajiban dari peraturan, kebijakan dan peta jalan perencanaan di Indonesia, pembiayaan yang perlu dikeluarkan, dan kejelasan nilai tambah untuk keberlangsungan bisnis yang perlu diatasi dan difasilitasi agar transisi menuju industri hijau dapat terlaksana dengan optimal.
“Untuk itu, pendekatan yang dapat diimplementasikan di antaranya efisiensi dan konservasi energi serta pendayagunaan limbah agar memiliki nilai ekonomi sirkular. Selain itu, kerja sama lintas sektor antara industri, pemerintah, lembaga riset dan lembaga swadaya masyarakat juga diperlukan untuk mempercepat transisi menuju industri hijau,” kata Farid.
Acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang akan berlangsung pada 4-6 November 2024 dapat menjadi momen penting untuk mendiskusikan arah kebijakan transisi energi Indonesia sehingga mampu menyediakan energi terbarukan untuk sektor industri. Tema IETD 2024 adalah “Merealisasikan Transisi Energi yang Adil dan Terarah”. Masyarakat Indonesia dapat terlibat dalam acara IETD 2024 dengan mendaftar di ietd.info.
Artikel ini merupakan hasil kolaborasi media partner Tanahair.net dan Institute for Essential Services Reform (IESR)