Jakarta – Pada tanggal 21 Februari 2024, sebuah kejadian cuaca ekstrem berupa pusaran angin melanda wilayah Rancaekek, Jawa Barat, Indonesia, dan mengejutkan masyarakat setempat. Peristiwa yang ditandai dengan angin kencang dan berputar ini menyebabkan kerusakan yang cukup parah di sekitarnya, terutama di daerah Rancaekek Bandung pada sore hari. Angin yang mencapai kecepatan 36,8 km/jam ini juga berdampak pada daerah Jatinangor di dekatnya, menggarisbawahi sifat tak terduga dari fenomena cuaca seperti ini.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem tersebut dilaporkan sebagai ‘tornado’, atau istilah setempat dikenal sebagai ‘puting beliung’ atau pusaran angin atau tornado kecil, yang merupakan fenomena angin kencang yang terbentuk dari sistem awan cumulonimbus (CB). Sistem ini dikenal karena potensinya untuk menyebabkan cuaca ekstrem. Namun, tidak semua awan CB menyebabkan puting beliung, karena pembentukannya sangat bergantung pada kondisi atmosfer, termasuk ketidakstabilan. Puting beliung biasanya berlangsung kurang dari 10 menit, namun dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam waktu singkat tersebut.
Istilah ‘tornado’ lebih sering dikaitkan dengan pusaran angin yang besar dan menghancurkan yang terlihat di wilayah Amerika, di mana angin tersebut dapat mencapai kecepatan ratusan kilometer per jam dan menjangkau area yang luas. Sebaliknya, angin puting beliung yang terjadi di Indonesia, termasuk di wilayah Bandung, biasanya tidak terlalu dahsyat, namun tetap dapat merusak bangunan dan infrastruktur.
Secara historis, wilayah Bandung telah menyaksikan beberapa kejadian angin puting beliung, dengan kerusakan rumah dan properti yang dilaporkan di berbagai desa sepanjang tahun 2023 dan awal tahun 2024. Kejadian-kejadian ini menggarisbawahi kerentanan wilayah ini terhadap fenomena alam seperti itu, dan menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini.
Menanggapi angin puting beliung baru-baru ini dan potensi cuaca ekstrem lebih lanjut, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah Jawa Barat. Peringatan ini, yang disebarkan melalui berbagai saluran, termasuk aplikasi infoBMKG, sangat penting untuk keselamatan publik, memberi tahu tentang kemungkinan hujan lebat, petir, dan angin kencang karena faktor-faktor seperti monsun Asia, gelombang atmosfer, dan pembentukan pola angin yang memanjang.
Potensi curah hujan sedang hingga lebat, serta pembentukan awan Cumulonimbus, menunjukkan adanya risiko kejadian cuaca ekstrem, termasuk angin puting beliung, dalam beberapa hari ke depan. Prakiraan tersebut sangat penting untuk kesiapsiagaan masyarakat, yang memungkinkan penduduk dan pihak berwenang untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi dampak dari fenomena cuaca yang tidak dapat diprediksi dan berpotensi merusak ini.
Memahami sifat puting beliung, pembentukannya, dan kondisi yang mendukung terjadinya fenomena cuaca ekstrim ini sangat penting bagi masyarakat di daerah yang rawan. Dengan pola iklim yang semakin tidak menentu, pentingnya sistem peringatan dini dan kesadaran masyarakat tidak dapat diabaikan.
Karena Indonesia terus menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem, upaya lembaga-lembaga seperti BMKG dalam memantau, meramalkan, dan menginformasikan kepada masyarakat sangat berharga dalam upaya yang sedang berlangsung untuk melindungi nyawa dan harta benda. (nsh)