Laporan SkyTruth ungkap pencemar minyak lepas pantai terburuk di dunia

Jakarta – Sebuah laporan yang dirilis pada hari Rabu, 23 April, oleh SkyTruth, lembaga penelitian yang berbasis di Amerika Serikat, mengidentifikasi operasi minyak dan gas lepas pantai yang paling merusak lingkungan di dunia. Laporan yang akan dipresentasikan di Our Ocean Conference di Busan, Korea, akhir April, ini menggunakan teknologi satelit untuk melacak tumpahan minyak, pembakaran metana, dan emisi kapal. Laporan ini adalah yang pertama menggunakan data publik sejenisnya untuk mengekspos polusi dari infrastruktur bahan bakar fosil lepas pantai.

Laporan SkyTruth ini memperkirakan bahwa lebih dari 23 miliar meter kubik gas dibakar di lepas pantai pada tahun 2023 saja, menghasilkan sekitar 60 juta metrik ton CO₂. Lalu lintas kapal lepas pantai menyumbang 9 juta metrik ton emisi lainnya, sebanding dengan emisi yang dihasilkan oleh sebuah negara kecil.

Analisis menemukan bahwa sepuluh lokasi lepas pantai bertanggung jawab atas lebih dari 216.000 galon tumpahan minyak, dengan kapal produksi dan penyimpanan terapung (FxO) yang sebagai sumber pencemar terbesar.

Nigeria ditandai sebagai hotspot utama, lokasi dari setengah FxO dengan kinerja terburuk di dunia. Lokasi pencemaran lainnya ditemukan di lepas pantai Inggris, Norwegia, Angola, Iran, Meksiko, dan UEA.

SkyTruth memperingatkan bahwa meskipun sebagian besar perdebatan publik berfokus pada risiko minyak di daratan, beban lingkungan dari operasi lepas pantai sering kali diabaikan dan tidak diatur dengan baik. Dengan hampir 75 persen produksi minyak baru yang diproyeksikan berasal dari sumber-sumber lepas pantai, organisasi ini menyerukan pengawasan internasional yang mendesak dan penegakan hukum lingkungan yang lebih ketat.

“Terlepas dari krisis iklim yang mendesak, produksi minyak lepas pantai terus berkembang secara global, sering kali tanpa pengawasan publik,” kata Christian Thomas, Ahli Geospasial di SkyTruth dan salah satu penulis laporan tersebut, dalam sebuah rilis media.

Laporan berjudul “Exposing the Environmental Costs of Offshore Oil: Greenhouse Gas Emissions, Oil Slicks, and Flaring” atau “Mengungkap Biaya Lingkungan dari Minyak Lepas Pantai: Emisi Gas Rumah Kaca, Tumpahan Minyak, dan Pembakaran”, ini merupakan hasil pemantauan global selama 16 bulan dengan menggunakan platform Cerulean milik SkyTruth – alat bertenaga kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memroses citra satelit untuk mendeteksi peristiwa pencemaran dan mengidentifikasi sumbernya.

Laporan ini menggarisbawahi bagaimana perangkat digital dapat meningkatkan akuntabilitas di sektor yang telah lama diselimuti ketidakjelasan. “Kemajuan teknologi satelit dan perangkat analisis sumber terbuka (open-source) akan mendorong transparansi dan akuntabilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor industri bahan bakar fosil yang secara historis buram ini,” ujar Thomas. “Meningkatnya penggunaan FxO untuk mengakses cadangan lepas pantai dari sumur yang lebih dalam mengindikasikan bahwa hal ini bukan hanya masalah warisan infrastruktur yang menua, tetapi juga merupakan tantangan lingkungan yang terus berkembang.” (nsh)

Foto banner: Jalur dari semua kapal yang mengunjungi fasilitas minyak lepas pantai pada tahun 2023. (Sumber: SkyTruth)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles