Sebuah laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) telah menyoroti kekhawatiran serius mengenai menurunnya jumlah pendanaan iklim yang ditujukan untuk sistem pertanian pangan, padahal sistem ini memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan iklim.
Laporan tersebut menunjukkan tren yang memprihatinkan di mana pendanaan iklim untuk sistem pertanian pangan, yang sangat penting untuk strategi mitigasi dan adaptasi dalam memerangi perubahan iklim, tidak mencukupi dan terus menurun. Penurunan ini sangat kontras dengan aliran dana iklim global secara keseluruhan, yang secara umum meningkat.
FAO mengatakan bahwa dari tahun 2000 hingga 2021, sistem pertanian pangan menerima sekitar 183 miliar dolar AS dalam bentuk dukungan keuangan pembangunan terkait iklim. Lebih dari separuh dana ini dialokasikan setelah tahun 2016, yang menandakan adanya peningkatan perhatian terhadap sistem ini. Namun, tren ini mengalami penurunan pada tahun 2021, dengan kontribusi yang turun menjadi USD 19 miliar, menandai penurunan 12% dari tahun sebelumnya.
Temuan FAO ini muncul di tengah-tengah laporan lain yang mengkhawatirkan dari Program Lingkungan PBB (UNEP). Dalam laporan ‘Keadaan Keuangan untuk Alam’ terbaru mereka, yang dirilis pada tanggal 9 Desember di COP28, UNEP mengungkapkan bahwa hampir USD 7 triliun diinvestasikan setiap tahunnya untuk kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap alam. Angka ini setara dengan sekitar 7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global.
Meskipun investasi untuk solusi berbasis alam pada tahun 2022 mencapai sekitar USD 200 miliar, laporan UNEP menyoroti ketidakseimbangan yang parah, yang menunjukkan bahwa aliran dana untuk kegiatan yang merusak alam lebih dari 30 kali lipat lebih besar. Kesenjangan ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mengkalibrasi ulang prioritas keuangan agar dapat secara efektif mengatasi krisis perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi lahan yang saling terkait.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, yang berbicara kepada media di COP28, menekankan situasi mengerikan yang dihadapi banyak negara berkembang. Ia menunjukkan bahwa utang yang sangat besar dan kemampuan fiskal yang terbatas dari negara-negara tersebut membawa mereka ke arah bencana iklim. “Banyak negara berkembang yang tenggelam dalam utang, mereka tidak memiliki ruang fiskal, dan hal ini tentu saja berarti kekacauan iklim. Kita membutuhkan semua komitmen yang dibuat oleh negara-negara maju dalam hal pendanaan dan adaptasi untuk dipenuhi secara penuh dan transparan,” katanya. (nsh)