Kanada dukung transisi energi Indonesia dengan pendanaan hingga USD 91,4 juta

Jakarta – Pemerintah Kanada menegaskan komitmennya dalam mendukung transisi energi di Indonesia melalui skema pendanaan senilai USD 91,4 juta. Dukungan ini terdiri dari USD 81,4 juta dalam bentuk pinjaman lunak serta tambahan USD 10 juta dalam bentuk hibah. Bantuan tersebut bertujuan untuk mempercepat peralihan Indonesia menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam mencapai target net-zero emissions (NZE) pada 2060.

“Dukungan dari Kanada bukan hanya sebatas pendanaan, tetapi juga mencakup transfer teknologi serta penguatan kapasitas sumber daya manusia. Ini menjadi bukti nyata dari hubungan erat kedua negara dalam mendukung pembangunan rendah karbon,” ujar Rachmat dalam keterangan resmi pada pertemuan dengan Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Ahmed Hussen, di Jakarta, Kamis, 20 Februari.

Baca juga: Kanada kontribusi USD 10,7 juta untuk ASEAN-Canada Plan of Action Trust Fund

Dalam kesempatan yang sama, Ahmed Hussen menekankan bahwa Kanada siap berbagi pengalaman dan teknologi dalam pengelolaan karbon serta pengembangan rantai pasok mineral kritis, termasuk litium untuk industri baterai.

“Kami ingin berkontribusi dalam mempercepat transisi energi di Indonesia, memastikan pertumbuhan ekonomi tetap inklusif dan berkelanjutan,” kata Hussen.

Selain dukungan terhadap transisi energi, Kanada juga memperkuat kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia. Kementerian PPN/Bappenas dan pemerintah Kanada akan melanjutkan kolaborasi dengan University of British Columbia dalam program pelatihan perencana pembangunan. Program ini mencakup riset bersama, pertukaran pelajar, serta pengembangan kebijakan berbasis bukti untuk mendukung pembangunan Indonesia.

Sebagai langkah tindak lanjut, kedua negara akan meningkatkan koordinasi dalam berbagai inisiatif pembangunan, termasuk pertemuan Senior Official Meeting 2025 yang akan berlangsung di Kanada. Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara kebijakan pembangunan nasional Indonesia dengan strategi Indo-Pasifik Kanada, serta meninjau implementasi Rencana Aksi Indonesia-Kanada 2022-2025.

Rachmat menegaskan bahwa kerja sama ini mencerminkan komitmen kedua negara dalam membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

“Kami berharap kerja sama ini terus berkembang dengan langkah konkret yang selaras dengan prioritas nasional, sehingga memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan,” pungkasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles