Jangan sembarangan membuat sumur resapan: Basuki Hadimuljono

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjadi keynote speaker dalam webinar memperingati Hari Air Dunia ke-30, dengan topik “’Optimalisasi Air Tanah Untuk Semua”, Selasa (12/4). (Foto: Hartatik)

Jakarta – Sumur resapan menjadi salah satu upaya mengurangi dampak banjir sekaligus menyimpan air hujan sebagai cadangan air tanah. Namun tidak sembarangan dalam membuat sumur resapan untuk menjaga kualitas air tanah.

Dalam webinar memperingati Hari Air Dunia ke-30, dengan topik “’Optimalisasi Air Tanah Untuk Semua”, Selasa (12/4), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengingatkan dalam membangun sumur resapan juga harus memperhatikan water table atau batas muka air tanah agar air yang terserap dari permukaan justru tidak mencemari air tanah.

“Air tanah merupakan sumber air yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dari air permukaan, apalagi pengisian kembali air tanah membutuhkan waktu yang lama,” ujar Basuki.

Dengan demikian, menurutnya, optimalisasi air tanah harus diartikan sebagai pemanfaatan optimal dengan mengedepankan pada save yield. Dan sebaliknya bukan semaksimal mungkin untuk suplesi atau penambahan air permukaan.

“Jadi yang saya maksud dengan save yield adalah kita memanfaatkan air tanah dengan conjunctive use,” imbuhnya.

Karena itu, ia mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk terus meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya air, khususnya air tanah dengan mengedepankan pendekatan secara saintifik. Kendati potensi alamiah sumber daya air di Indonesia, baik air tanah maupun air permukaan sangat besar, namun membutuhkan pengelolaan yang baik agar terhindar dari krisis air bersih.

“Jadi perlu menyeimbangkan dalam eksplorasi air tanah dengan air permukaan untuk pemanfaatannya, agar kemerosotan dapat kita cegah atau paling tidak kita perpanjang umur air tanah,” katanya.

Lebih lanjut, Menteri Basuki yang juga menjabat Ketua Harian Dewan Sumber Daya Air Nasional mendorong kepada Dewan Sumber Daya Air Nasional untuk mengambil kesimpulan dari webinar sebagai bahan rekomendasi untuk solusi nyata seluruh pemangku kepentingan, dalam rangka melestarikan air tanah. Sebab pengelolaan sumber daya air tidak dapat dilakukan oleh satu sektor saja.

Kolaborasi antar pemangku kepentingan baik masyarakat, pemerintah, pengusaha, akademisi, peneliti, maupun organisasi profesi bidang air sangat penting dalam rangka memberikan solusi nyata bagi setiap permasalahan air tanah di Indonesia, demi keberlanjutan air tanah yang baik di masa depan.

Sehubungan itu, Basuki menjelaskan ada tiga hal yang perlu difokuskan yakni pertama berhubungan dengan konservasi daerah imbuhan, kedua berkaitan dengan save yield untuk kebijakan dan implementasinya. Lalu ketiga terkait eksplorasi air tanah.

“Saya juga ingin mengangkat tema khusus air tanah pada World Water Forum di Bali tahun 2024 nanti, karena kalau di luar negeri pemanfaatan air tanah secara scientific,” tukasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles