Industri: Tanpa CCS, Indonesia perlu biaya Rp1 triliun untuk capai target net zero emissions

Jakarta – Untuk mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2060, tidak cukup hanya dengan mengandalkan Energi Baru Terbarukan (EBT) kata Infographic Lead dari Indonesia Petroleum Association (IPA).

“Dua Gigaton CO2 harus dihilangkan pada 2060. EBT saja enggak cukup, harus dibantu CCS (carbon capture and storage) dan bioenergi yang sedang didorong pemerintah,” ujar Hendra dalam keterangan resmi saat media briefing, Kamis, 27 Juni.

Indonesia juga harus mengurangi emisi CO2 secara signifikan dari berbagai sektor, termasuk energi. Menurutnya, salah satu solusi yang diandalkan adalah penerapan teknologi CCS. Kolaborasi antara pemerintah dan industri energi menjadi kunci dalam merealisasikan teknologi ini di Indonesia.

Hendra menjelaskan bahwa tanpa program CCS, Indonesia justru akan terbebani tambahan biaya mencapai Rp1 triliun akibat emisi yang dihasilkan. Menurutnya, secara kapasitas penyimpanan karbon, Indonesia memiliki potensi besar dengan kapasitas terbaru mencapai 700 giga ton.

“Jadi sekarang yang kita butuhkan dukungan dari pemerintah. CO2 cross border agreement yang butuh negara-negara lain, carbon pricing tidak hanya di Indonesia tapi di luar juga,” tambahnya.

Tantangan dan peluang dalam penerapan CCS

Deputy Chief Infographic Sub-committee IPA, Rina Rudd mengakui bahwa meski pemerintah sudah melakukan pendekatan yang baik, masih dibutuhkan dorongan lebih untuk benar-benar menerapkan CCS.

“Perlu fiskal, bagi hasil, pajak lebih menarik. Kepastian hukum. Ada banyak pekerjaan rumah, kejelasan term di kontrak,” ungkap Rina yang juga menjabat sebagai General Manager Husky Liman Limited.

Rina menambahkan bahwa dengan kebutuhan energi yang tinggi, peningkatan produksi perlu diupayakan meski tuntutan akan lingkungan menimbulkan biaya tambahan. Hal ini dapat mempengaruhi keekonomian dan minat investasi.

“Perlu insentif dekarbonisasi. Semua perusahaan migas sekarang, kan banyak datang dari luar semua. Perusahaan ini terdaftar di bursa dan mempunyai kewajiban melaporkan ESG track record, harus ada usaha ke arah NZE. Kalau enggak ada insentif kami enggak bisa investasi,” jelasnya.

Sementara itu, Marjolijn Wajong, Direktur Eksekutif IPA, mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia emas, kebutuhan energi akan meningkat secara signifikan. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), konsumsi gas diproyeksikan naik empat kali lipat, sedangkan minyak dua kali lipat.

“Kenaikan EBT juga besar. Menuju Indonesia emas butuh banyak energi, migas dibutuhkan lebih dari hari ini,” ujarnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles