Indonesia menyerukan tingkatkan aksi iklim dan kesetaraan global di COP29

Jakarta – Laksmi Dhewanthi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, dalam intervensinya pada acara “Qurultay” – pertemuan tradisional Azerbaijan – yang diselenggarakan oleh Presiden COP29 pada hari Kamis, 21 November, menggarisbawahi komitmen Indonesia dalam memajukan aksi iklim yang berimbang dan menyerukan kesetaraan global dalam mengatasi tantangan iklim.

Menyoroti pencapaian Indonesia, termasuk penandaan anggaran iklim, obligasi hijau, dan pasar karbon domestik, Laksmi menekankan bahwa upaya iklim harus menghormati kapasitas negara yang beragam. Ia mendesak pengadopsian kerangka kerja Kontribusi yang Diniatkan Secara Nasional (NDC) 3.0, dengan menekankan, “COP29 merupakan kesempatan penting bagi negara-negara untuk mengumumkan rencana-rencana yang ambisius. Bersama-sama, mari kita tingkatkan misi kita dan mengamankan masa depan yang berkelanjutan untuk semua.”

Laksmi menyerukan agar negara-negara maju menjunjung tinggi prinsip Tanggung Jawab Bersama Namun Berbeda dan Kemampuan yang Berbeda (CBDR-RC). Ia mengadvokasi indikator yang kuat untuk melacak aliran dana dari negara maju ke negara berkembang, memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam mencapai tujuan adaptasi global.

Dalam hal adaptasi, ia mendukung “adaptasi transformasional” dan menekankan pentingnya mengintegrasikan perspektif masyarakat adat dan komunitas lokal ke dalam strategi iklim. “Menetapkan Tujuan Global untuk Adaptasi yang permanen sangatlah penting,” ujarnya, seraya menyerukan adanya mekanisme yang jelas untuk melacak pendanaan adaptasi.

Laksmi juga berbicara dalam dialog Global Stocktake (GST) yang diselenggarakan oleh UEA, dan mendesak adanya fokus pada pembiayaan, peningkatan kapasitas, dan transfer teknologi untuk mempercepat kemajuan iklim. “Pada pasal 6, Indonesia menghargai kemajuan dalam pasal 6.2 dan 6.4, terutama dalam memastikan penggantian yang setara untuk remediasi.”

Menutup pidatonya, Laksmi mendesak negara-negara untuk memprioritaskan konsensus dan persatuan dalam negosiasi mereka. “Mari kita fokus pada apa yang dapat kita capai bersama, bukan pada hal-hal yang mengarah pada perpecahan,” ajaknya, seraya menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap mitigasi dan adaptasi. (nsh)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles