IESR: Kolaborasi dan mekanisme yang jelas kunci sukses dekarbonisasi sektor transportasi

Jakarta –Institute for Essential Services Reform (IESR) menegaskan bahwa suksesnya dekarbonisasi sektor transportasi Indonesia membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan mekanisme kebijakan yang terstruktur. Kajian IESR dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024 menunjukkan sektor transportasi masih menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar kedua di Indonesia, dengan kendaraan penumpang sebagai kontributor utama.

Analis Mobilitas Berkelanjutan IESR, Rahmi Puspita Sari, menyampaikan bahwa langkah-langkah nyata diperlukan, termasuk dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah pusat dan daerah, perusahaan, hingga masyarakat umum.

“Kolaborasi strategis dan mekanisme yang rinci adalah dasar penting bagi implementasi dekarbonisasi. Ini mencakup koordinasi yang solid antara pusat dan daerah, serta kejelasan tanggung jawab pada setiap tahapan,” ujarnya dalam acara EnergiXplor yang diselenggarakan oleh Generasi Energi Bersih (GEN-B) Jakarta Selatan bersama IESR, Jumat, 1 November.

Menurut data IESR, pada 2021, sektor transportasi menghasilkan sekitar 150 juta ton setara karbon dioksida. Dari total tersebut, sekitar 73,1 persen berasal dari kendaraan penumpang, terutama yang masih bergantung pada bahan bakar fosil. Kajian ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk strategi dekarbonisasi yang menyeluruh, termasuk penerapan teknologi kendaraan rendah emisi seperti kendaraan listrik dan pemanfaatan transportasi umum yang ramah lingkungan.

Transportasi rendah emisi

IESR menilai pentingnya langkah inovatif untuk menekan emisi dari sektor transportasi, salah satunya melalui penggunaan kendaraan listrik. Ketua GEN-B Jakarta Selatan, Gieska Aulia Permana, menyatakan bahwa ketergantungan masyarakat pada bahan bakar minyak (BBM) perlu diatasi dengan solusi transportasi berkelanjutan.

“Penggunaan kendaraan listrik bisa menjadi langkah positif. Namun, dampaknya akan jauh lebih signifikan jika energi listriknya juga berasal dari sumber terbarukan seperti tenaga surya,” ungkap Gieska.

Lebih lanjut, Gieska juga menyebutkan bahwa penggunaan BBM di sektor transportasi Indonesia terus meningkat sejak 2015, mencapai 1,2 juta kilo liter per tahun sebelum akhirnya menurun pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Melihat tren ini, GEN-B dan IESR mendorong pemanfaatan energi terbarukan secara lebih luas untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

IESR menekankan bahwa dekarbonisasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Rahmi memperkenalkan tiga pendekatan untuk membantu individu mengurangi emisi transportasi, yaitu Avoid, Shift, dan Improve.

Avoid berarti menghindari perjalanan yang tidak perlu, Shift adalah memilih moda transportasi rendah emisi seperti angkutan umum, dan Improve berarti meningkatkan efisiensi kendaraan yang digunakan, misalnya dengan beralih ke kendaraan listrik.

“Masyarakat dapat menerapkan strategi ini dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan lingkungan dan aktivitas mereka. Pemerintah juga berperan dengan menyediakan infrastruktur yang ramah lingkungan, seperti Transit Oriented Development (TOD), untuk mendorong masyarakat beralih ke moda transportasi publik,” jelas Rahmi.

Dalam kegiatan EnergiXplor, IESR bersama GEN-B Jakarta Selatan mengajak peserta dari berbagai latar belakang untuk mengunjungi sejumlah fasilitas terkait kendaraan listrik, termasuk PT Mobil Anak Bangsa Indonesia, Elders Garage, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik di Gambir, serta MRT Depo Lebak Bulus. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai praktik dan teknologi transportasi rendah emisi.

IESR juga mendorong pemerintah untuk memberikan regulasi dan insentif yang dapat mempercepat dekarbonisasi transportasi.

“Kebijakan yang terintegrasi dari pusat hingga daerah, dengan melibatkan berbagai aktor dari sektor publik dan swasta, adalah faktor kunci. Mekanisme kebijakan perlu mencakup insentif bagi penggunaan kendaraan listrik serta subsidi untuk pengembangan energi terbarukan,” pungkas Rahmi.

Melalui sinergi antara teknologi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor, IESR berharap Indonesia dapat mengurangi emisi dari sektor transportasi dan mendukung target netral karbon. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles