IEA: Ketegangan geopolitik mengancam sistem energi global, percepatan energi bersih makin mendesak

Jakarta – Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan terbarunya menyoroti bagaimana ketegangan dan fragmentasi geopolitik saat ini menciptakan risiko besar bagi keamanan energi dan aksi global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Laporan World Energy Outlook 2024 yang dirilis IEA, Rabu, 16 Oktober, memproyeksikan,
berdasarkan kebijakan yang berkalu saat ini, dunia akan memasuki konteks pasar energi baru di tahun-tahun mendatang, yang ditandai dengan berlanjutnya bahaya geopolitik, namun juga dengan pasokan berbagai bahan bakar dan teknologi yang relatif melimpah.

“Pada paruh kedua dekade ini, prospek pasokan minyak dan gas alam yang lebih banyak – atau bahkan surplus, tergantung pada bagaimana ketegangan geopolitik berkembang, akan membawa kita ke dalam dunia energi yang sangat berbeda dengan yang telah kita alami dalam beberapa tahun terakhir selama krisis energi global,” ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.

“Hal ini mengimplikasikan tekanan ke bawah pada harga-harga, memberikan sedikit kelegaan bagi para konsumen yang telah terpukul oleh lonjakan harga. Ruang bernapas dari tekanan harga bahan bakar dapat memberikan ruang bagi para pembuat kebijakan untuk fokus dalam meningkatkan investasi dalam transisi energi bersih dan menghapus subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien. Hal ini berarti kebijakan pemerintah dan pilihan konsumen akan memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi masa depan sektor energi dan untuk mengatasi perubahan iklim,” lanjutnya.

Sebelumnya dalam laporan World Energy Investment, yang dirilis Juni lalu, IEA melaporkan bahwa investasi global untuk proyek energi bersih mencatatkan rekor tertinggi pada tahun 2023, membawa dunia semakin dekat dengan target iklim internasional. Laporan tersebut menyatakan bahwa pendanaan untuk energi bersih mendekati angka USD 2 triliun atau setara dengan Rp30 kuadriliun, hampir dua kali lipat dari investasi di sektor energi fosil seperti minyak, gas, dan batu bara.

“Investasi energi bersih mencetak rekor baru bahkan dalam kondisi ekonomi yang menantang, menyoroti momentum di balik ekonomi energi global yang baru. Untuk setiap dolar yang digunakan untuk bahan bakar fosil saat ini, hampir dua dolar diinvestasikan untuk energi bersih,” ujar Fatih Birol saat itu.

Dalam laporan World Energy Outlook 2024, dikatakan bahwa dengan mengasumsikan pengaturan kebijakan saat ini, “emisi karbon dioksida global akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat, tetapi tidak adanya penurunan tajam setelah itu berarti dunia akan mengalami kenaikan suhu rata-rata global sebesar 2,4°C pada akhir abad ini, jauh di atas target Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C.”

Laporan ini menggarisbawahi hubungan yang tak terpisahkan antara risiko keamanan energi dan perubahan iklim. Di banyak wilayah di dunia, peristiwa cuaca ekstrem, yang diperparah dengan tingginya emisi selama beberapa dekade, telah menimbulkan tantangan besar bagi operasi sistem energi yang aman dan andal, termasuk gelombang panas yang semakin parah, kekeringan, banjir, dan badai. (Hartatik/nsh)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles