
Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) merilis panduan pendidikan perubahan iklim yang ditujukan untuk sekolah dasar hingga menengah. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran generasi muda terhadap ancaman perubahan iklim yang semakin nyata di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Panduan ini diluncurkan pada 27 Agustus dalam acara bertajuk “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim” yang melibatkan berbagai organisasi pendidikan dan para pemangku kepentingan di Jakarta. Terdiri dari 75 halaman, panduan ini memberikan informasi mendetail mengenai krisis iklim, penyebab dan dampaknya, serta pentingnya pendidikan perubahan iklim dalam sistem pendidikan nasional.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, dalam sambutannya menekankan pentingnya tanggung jawab bersama untuk menjaga bumi dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
“Kami berharap pendidikan perubahan iklim dapat diimplementasikan secara efektif dengan dukungan dari seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah dan orang tua. Kolaborasi ini merupakan kunci suksesnya integrasi pendidikan perubahan iklim di sekolah-sekolah,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Panduan tersebut disusun sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka dan diharapkan dapat menjadi alat bantu bagi pemerintah daerah, sekolah, kepala sekolah, guru, serta orang tua dalam menerapkan pendidikan yang fokus pada peningkatan kesadaran perubahan iklim serta berbagai langkah kolaboratif untuk menanganinya.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo, menjelaskan bahwa panduan ini disusun melalui proses yang partisipatif dan kolaboratif sejak Juni 2023. Proses ini melibatkan akademisi, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, komunitas, serta lembaga swadaya masyarakat.
“Melalui panduan ini, kami berharap praktik-praktik baik yang sudah ada dapat diadopsi secara lebih luas dan menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya,” kata Anindito.
Sementara itu, Walhi meriis data bahwa lebih dari 5.400 desa di pesisir Indonesia telah terendam banjir rob pada periode 2017-2020, yang disebabkan oleh krisis iklim serta beban industri besar di sepanjang pesisir. Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat adanya peningkatan bencana hidrometeorologi yang signifikan pada tahun lalu, dengan 5.400 kejadian yang berdampak pada lebih dari 8 juta jiwa.
Panduan pendidikan perubahan iklim ini diharapkan tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, tetapi juga menginspirasi mereka untuk menjadi agen perubahan yang dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di masa depan. (Hartatik)
Foto banner: Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (BSKAP Kemdikbudristek) bersama dengan BMKG, BRIN serta beberapa pihak menerbitkan buku panduan Pendidikan Perubahan Iklim. (Sumber: Kemdikbudristek)