Data iklim masa lampau bisa jadi rujukan prediksi tren kenaikan suhu

Jakarta – Para peneliti iklim dunia berupaya memahami paleoclimate, atau studi mengenai sejarah iklim, untuk bisa lebih mengerti pola pemanasan global, termasuk fenomena iklim dalam skala tahunan, menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Minggu (28/8).

Sri Yudawati Cahyarini, Ketua Riset Iklim dan Lingkungan Masa Lampau, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN mengatakan kepada Deutsche Welle, data dari arsip alam baik dari darat dan lautan saling melengkapi. Karenanya, BRIN pun meneliti iklim masa lampau menggunakan karang batu dari genus Porites.

Menurutnya, data parameter iklim masa lampau dan data model saat ini bisa saling memverifikasi dan memvalidasi data iklim, sehingga prediksi perubahan iklim dapat lebih akurat. “Kita sudah banyak bukti meyakinkan bahwa hasil ekstraksi (data) suhu muka laut dari karang benar-benar bisa tersimpan dengan baik. Dan karang batu ini mudah ditemui di perairan negara-negara tropis seperti Indonesia,” kata Yudawati.

Lebih lanjut, ia mengatakan, peneliti bisa merekonstruksi data permukaan laut dari karang yang sudah hidup 100.000 tahun lalu. “Dari data masa lampau kita bisa tahu tren kenaikan suhu,” ungkap Yudawati yang sedang melakukan penelitian di Provinsi Bangka Belitung. Dia bersama sejumlah peneliti dari Universitas Kiel di Jerman seperti Miriam Pfeiffer, Lars Reuning, Volker Liebetrau, dan beberapa peneliti lainnya dari Indonesia dan Jepang meneliti batu karang medieval yang hidup pada tahun 1100 Masehi.

Dia meyakini di Indonesia sudah banyak orang yang percaya sedang terjadi proses perubahan iklim global. Malah, dia mempersilakan banyak orang untuk mengutip atau menggunakan studi iklim masa lampau miliknya sebagai bahan rujukan.

Yudawati lantas memberi tips bagi anak-anak muda Indonesia yang tertarik dengan bidang paleoclimate yang bersinggungan dengan ilmu geologi. “Harus menyukai dunia riset. Memahami biogenesis, geomorfologi, serta analisis biokimia pada karang,” tukasnya.

Negara tropis seperti Indonesia pun kini turut merasakan dampak pemanasan global. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat laju suhu permukaan di Indonesia semakin meningkat selama satu dekade terakhir.

Menurut catatan BMKG, Indonesia pernah mengalami beberapa kali tahun terpanas yaitu tahun 2016, 2019, dan 2020. Kenaikan suhu di Indonesia selama 10 tahun terakhir berkisar di angka 0,6 sampai 0,8 derajat Celcius. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles