Cadangan uranium dan thorium Indonesia: Potensi dukung energi nuklir

Jakarta – Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi nuklir dengan sumber daya alam yang melimpah. Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tanah air memiliki sekitar 90 ribu ton uranium dan 140 ribu ton thorium yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nuklir di masa depan.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimeteri (PRTRRB) BRIN, Rohadi Awaludin, dalam siaran pers BRIN, Kamis, 6 Maret, menyatakan bahwa sumber daya ini bisa menjadi modal penting bagi Indonesia dalam transisi energi bersih.

“Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang cukup terkait bahan bakar nuklir dalam bentuk uranium dan thorium. Sudah cukup modal kita untuk memenuhi kebutuhan energi menggunakan tenaga nuklir ini,” ungkap Rohadi.

Menurutnya, beberapa daerah di Indonesia telah dipetakan memiliki potensi sebagai lokasi tambang uranium dan thorium. Namun, hingga kini, belum ada pengusaha yang tertarik untuk mengolah mineral tersebut.

“Pengolahan mineral uranium dan thorium akan dimulai jika Indonesia sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Artinya, lebih ke hulu, ke bahan galian nuklir,” jelas Rohadi.

Thorium, yang sering disebut sebagai nuklir hijau, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan uranium. Selain menghasilkan limbah radioaktif yang lebih rendah, energi yang dihasilkannya juga jauh lebih besar.

“Thorium memiliki sifat termofisika yang menguntungkan, keunggulan sifat neutronik yang lebih tinggi dibandingkan uranium, serta resistansi proliferasi yang lebih baik,” ujar Nuri Trianti, peneliti Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) BRIN, dalam forum International Atomic Energy Agency Scientific Forum di Wina, Austria, pada 2023.

Dalam rangka mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060, pemerintah diharapkan dapat mempertimbangkan nuklir sebagai salah satu solusi energi bersih. PLTN memiliki keunggulan dalam menyediakan listrik yang stabil tanpa memancarkan gas rumah kaca, serta hanya memerlukan bahan bakar dalam jumlah kecil sehingga pasokan listrik lebih terjamin.

Namun, Rohadi menekankan bahwa pembangunan PLTN harus memenuhi standar keselamatan ketat, termasuk aspek 3S (Safety, Security, dan Safeguards). “Untuk lokasi penambangan lebih diperhatikan aspek security, sementara untuk PLTN ketiga aspek ini harus terpenuhi dengan baik. Sebelum beroperasi, harus ada analisis keselamatan yang dikaji oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN),” tambahnya.

Rohadi berharap sumber daya energi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan domestik sebelum diekspor ke luar negeri. Dengan pemanfaatan uranium dan thorium secara optimal, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara dengan energi nuklir berkelanjutan di masa depan. (Hartatik)

Foto banner: shutterstock

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles