BMKG: Potensi hujan lebat, angin kencang sepekan ke depan, risiko bencana hidrometeorologi tinggi

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan adanya potensi hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam sepekan mendatang, 7-12 November 2024. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

“Kami mengimbau agar seluruh masyarakat dan pihak terkait meningkatkan kesiapsiagaan, terutama mengingat musim hujan yang sudah dimulai di sebagian besar wilayah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 November.

Dwikorita menyebut bahwa fenomena cuaca seperti La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia hingga 20 persen lebih tinggi dari biasanya.

“Curah hujan yang lebih tinggi ini bisa memicu frekuensi bencana hidrometeorologi semakin tinggi, terutama di daerah-daerah yang rentan. Kami mendorong pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan infrastruktur pengelolaan air, terutama drainase dan penampungan air, agar dapat mencegah terjadinya banjir,” kata Dwikorita.

BMKG memprediksi bahwa dalam seminggu ke depan, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang dan petir. Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa wilayah Sumatera, Kalimantan bagian tengah dan selatan, serta Jawa bagian barat dan tengah memiliki potensi besar terkena dampak.

“Cuaca ekstrem ini disebabkan oleh beberapa dinamika atmosfer yang memengaruhi wilayah Indonesia, dan potensi ini perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama di wilayah yang rawan banjir dan longsor,” kata Guswanto.

Ia juga menyebutkan bahwa fenomena angin kencang dan hujan lebat yang terjadi di awal musim hujan ini telah menyebabkan banjir dan longsor di beberapa wilayah, seperti di Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. “Kami melihat adanya tren peningkatan bencana hidrometeorologi di berbagai daerah. Oleh karena itu, kami mengimbau seluruh masyarakat dan pemerintah daerah agar meningkatkan kewaspadaan,” tambahnya.

Dampak siklon tropis Yinxing pada cuaca Indonesia

BMKG juga memonitor pengaruh Siklon Tropis Yinxing yang saat ini terpantau di sekitar Laut Filipina. Meski pergerakannya menjauhi Indonesia, dampak tidak langsungnya tetap memengaruhi kondisi cuaca di wilayah Kalimantan dan perairan sekitar.

“Intensitas Siklon Yinxing diprediksi meningkat dalam 24 jam ke depan, dan meskipun menjauhi Indonesia, dapat memicu hujan sedang hingga lebat di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara,” terang Guswanto.

Selain curah hujan tinggi, efek dari Siklon Tropis Yinxing ini juga menyebabkan peningkatan gelombang laut hingga mencapai 2,5 meter di beberapa perairan, seperti di Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera. Oleh karena itu, BMKG juga mengimbau para nelayan serta penyedia jasa transportasi laut agar meningkatkan kewaspadaan selama periode cuaca ekstrem ini.

Faktor pemicu: Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial

Lebih lanjut, Andri Ramdhani, Direktur Meteorologi Publik BMKG, menguraikan bahwa kondisi atmosfer di Indonesia juga dipengaruhi oleh fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, yang memperkaya ketersediaan uap air di udara dan memicu pembentukan awan hujan.

“Fenomena ini meningkatkan potensi hujan lebat karena adanya gangguan pola angin yang mendukung terbentuknya awan-awan hujan di sejumlah wilayah,” jelas Andri.

Dalam beberapa hari ke depan, lanjutnya, pertemuan dan perlambatan angin di beberapa wilayah juga dapat memperburuk kondisi cuaca.

“Ada peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di daerah konvergensi, yang menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang lebih mudah terjadi. Masyarakat perlu mengantisipasi dan memantau informasi terbaru dari BMKG agar dapat terhindar dari dampak bencana hidrometeorologi,” kata Andri.

BMKG menekankan pentingnya pemantauan cuaca yang cermat, terutama bagi pelaku sektor transportasi, baik laut maupun udara. Guswanto menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini dapat berdampak pada aktivitas penerbangan dan pelayaran, dan masyarakat perlu mengutamakan keselamatan.

“Kami menganjurkan agar pelaku transportasi laut dan nelayan mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum beraktivitas. Masyarakat bisa memantau informasi cuaca melalui aplikasi InfoBMKG,” sarannya.

Selain itu, BMKG juga mendorong masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar lebih waspada terhadap potensi banjir rob akibat tingginya gelombang laut.

“Selain angin kencang dan curah hujan yang tinggi, peningkatan tinggi gelombang juga berpotensi menyebabkan banjir rob di kawasan pesisir, yang perlu menjadi perhatian utama bagi masyarakat,” kata Guswanto. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles