Jakarta – Komitmen pemerintah Indonesia dalam mengakselerasi transisi energi hingga 2023 dipertegas pada pertemuan the 13th Session of the Assembly of the International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Sabtu lalu. Desakan mempercepat proses transisi energi menjadi urgensi yang harus dipersiapkan tiap negara demi menekan emisi gas rumah kaca global serta menahan laju kenaikan suhu global.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif selaku salah satu Vice Presidents of the Assembly menyampaikan, komitmen tersebut menjadi langkah nyata untuk menuju Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
“Cepat sekaligus sebagai dukungan Indonesia pada United Nations Climate Conference COP28 untuk memastikan program yang sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan,” jelas Arifin pada High Level Plenary Session, sesuai keterangan resmi di laman resmi Kementerian ESDM, hari ini.
Lebih lanjut, Arifin menjelaskan, pemerintah mulai menjalankan beberapa program akselerasi transisi energi. Di antaranya percepatan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengakhiran operasional lebih dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), cofiring biomassa pada PLTU, program mandatori biodiesel 30%, dan pengembangan jaringan listrik supergrid.
Begitu pun dengan payung hukum juga telah dipersiapkan, guna memberikan kepastian usaha yang kondusif di sektor EBT, sehingga mampu meningkatkan utilisasi pengembangan industri EBT dan perekonomian nasional.
Pada kesempatan itu, Arifin sempat menyinggung peran Asia Tenggara dalam mewujudkan percepatan transisi energi. Salah satu langkah agresif dilakukan melalui pengembangan inovasi teknologi rendah karbon dan pendanaan yang besar. “Menurut laporan IRENA, pada tahun 2050 ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar 29,4 triliun USD, termasuk untuk biaya bahan bakar, operasi dan pemeliharaan serta skenario biaya pembiayaan dengan 100% energi terbarukan,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera mengatakan peran besar kerja sama internasional dalam menyukseskan transisi energi. “Upaya harus dipercepat, sambil memastikan bahwa manfaat tersebar merata di seluruh negara dan komunitas. Kerja sama internasional akan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa semua negara memiliki kesempatan untuk mempercepat penyebaran teknologi dan mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Keanggotaan IRENA menawarkan platform unik untuk mendorong agenda energi global di COP28 dan seterusnya,” kata Francesco.
Pertemuan IRENA kali ini dipimpin oleh Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera bersama Menteri Power and New and Renewable Energy India sebagai President of the 13th Assembly dengan tema “World Energy Transitions – The Global Stocktake” dan dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota IRENA serta organisasi mitra kerja sama di bidang pembangunan. Pada pertemuan ini, Indonesia menjadi Vice President of the Assembly bersama dengan Zimbabwe, Belgia, dan Saint Vincent and the Grenadines. (Hartatik)
Foto banner: Sumber Kementerian ESDM