
Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 64 persen dari 669 zona yang terkategorisasi telah terdampak cuaca ekstrem kemarau panjang atau El Niño. Adapun Indonesia terakhir mengalami El Niño pada 2019.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab menjelaskan, dampak El Niño ini tidak terlepas dari posisi geografis Indonesia yakni diapit oleh dua samudera. Dengan demikian saat El Niño tiba ada wiayah yang akan terdampak kekeringan ekstrem, tapi ada satu wilayah lainnya justru akan banjir.
“Kami telah mengkategorikan zona musim di 669 wilayah. Dan sudah ada 63 persen dari 669 zona ini terdampak langsung musim kemau panjang El Niño,” ungkap Fachri dalam diskusi daring bertajuk Waspadai Dampak El Niño, akhir Juli.
Lebih lanjut, menurutnya, BMKG memprediksi El Niño yang akan terjadi tahun ini diperkirakan akan lebih kering dibandingkan 3 tahun yang lalu. Adapun daerah yang berpotensi mengalami kekeringan ektrem di antaranya adalah sebagian besar Pulau Sumatra dan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Ia mengatakan, akibat El Niño bulan dengan akhiran ber (September, Oktober, November, dan Desember) ada indikasi belum akan masuk musim hujan.
“Puncaknya musim kering diperkirakan terjadi September tahun ini. Kalau dulu kita tahunya bulan ber-ber itu musim hujan saat ini dari sisi spasialnya tidak sama seluruh wilayah Indonesia,” imbuhnya.
BMKG, lanjut dia, mencatat di wilayah Maluku dan juga di beberapa sebagian Papua itu bahkan belum masuk musim kemarau. Fachri menambahkan musim kemarau yang berpotensi lebih kering ini tidak rata terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah berpotensi mengalami kemarau yang lebih kering yakni sebagian besar di pulau Sumatera dan Jawa.
“Beberapa wilayah yang memang kita prediksikan intensitas hujannya dalam kategori rendah, dari prakiraan hujan bulanan kita baik itu di Sumatera, itu sebagian besar Sumatera, baik Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, kemudian Jawa merata hampir seluruh Jawa itu, kategorinya warna coklat artinya hujannya rendah,” tukasnya. (Hartatik)
Foto banner: Badai tropis Eta menghantam pesisir pantai Grand Cayman (Drew McArthur/shutterstock.com)