Jakarta – PT PLN (Persero) terus mempercepat pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi terbarukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Melalui Sub Holding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), perusahaan tersebut mengatakan dalam keterangan tertulis, Jumat, 4 Oktober, sedang merencanakan penggunaan biomassa hingga 10,2 juta ton per tahun di 52 PLTU pada tahun 2050.
Saat ini, sebagai upaya pengurangan emisi karbon dan transisi ke energi bersih, PLN EPI telah menggunakan 2,2 juta ton biomassa untuk program co-firing di sejumlah PLTU, dan angka ini akan terus meningkat.
“Kami menargetkan pada 2025, kebutuhan biomassa meningkat lima kali lipat dibanding tahun ini, untuk mendukung program co-firing di 52 PLTU,” ujar Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara.
Menurutnya, PLN EPI telah merancang strategi melalui pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan dan pertanian terpadu. Salah satu contohnya adalah di Desa Bojongkapol, Tasikmalaya, di mana program ini telah mulai dijalankan untuk mengoptimalkan lahan kritis.
“Biomassa yang kami gunakan sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Ini memberi peluang bagi masyarakat lokal untuk ikut terlibat dan memperoleh manfaat ekonomi dari peningkatan permintaan biomassa,” jelas Iwan.
PLN EPI juga berencana mengembangkan tanaman Indigofera, atau Tarum, sebagai sumber bahan baku biomassa yang dapat tumbuh di lahan kritis. “Tanaman ini memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pakan ternak dan meningkatkan kesuburan tanah dengan sistem tumpang sari. Dengan demikian, program ini tidak hanya menyuplai kebutuhan energi, tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Selain mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, penggunaan biomassa diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan mendukung target nol emisi Indonesia pada 2060. “Program ini adalah bagian dari komitmen kami untuk menciptakan energi bersih dan memberikan dampak positif pada lingkungan serta ekonomi masyarakat,” kata Iwan.
Dengan sistem terpadu ini, PLN tidak hanya fokus pada aspek energi, tetapi juga pada pengembangan ekonomi lokal. “Biomassa dari batang dan ranting tanaman akan digunakan untuk co-firing, sementara daun dan sisa tanaman dapat dimanfaatkan oleh peternakan lokal,” lanjut Iwan.
Peningkatan kebutuhan biomassa ini menghadirkan tantangan dalam hal pasokan, namun PLN EPI optimistis dengan potensi besar dari pengembangan biomassa lokal. “Kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah, untuk memastikan ketersediaan bahan baku biomassa yang berkelanjutan,” tutup Iwan.
Melalui inovasi dan kerja sama ini, PLN EPI berharap bisa mewujudkan ekosistem energi yang lebih hijau dan berkelanjutan, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang berbasis lingkungan. (Hartatik)