Jakarta – Universitas Brawijaya (UB) mencatat langkah maju dalam penelitian lingkungan global dengan menjalin kolaborasi internasional untuk mengembangkan Magnetic Data Acquisition System (Magdas). Dalam keterangan tertulis, Minggu, 29 Desember, dikatakan bahwa sistem ini dirancang untuk memantau perubahan iklim global sekaligus meningkatkan kemampuan mitigasi bencana alam, terutama yang terkait dengan gempa bumi dan aktivitas vulkanik.
Rektor UB Prof Widodo, mengungkapkan bahwa proyek ini melibatkan kerja sama dengan International Research Center for Space and Planetary Environmental Science (i-SPES) dari Kyushu University, Jepang, National Research Institute of Astronomy and Geophysics (NRIAG) dari Mesir, serta beberapa universitas dari Malaysia. Menurutnya, kolaborasi ini adalah bentuk kontribusi nyata UB dalam menghadapi tantangan lingkungan global.
“Kerja sama ini merupakan bukti komitmen UB untuk berperan aktif dalam upaya global menghadapi perubahan iklim dan mitigasi bencana. Dengan teknologi Magdas, kami berharap dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat, terutama dalam meminimalkan risiko bencana,” ujar Prof. Widodo.
Pakar mitigasi bencana UB, Prof Sukir Maryanto, menjelaskan bahwa stasiun Magdas di Cangar, Kota Batu, yang menjadi pusat penelitian penting dalam proyek ini, telah dilengkapi dengan Magnetometer Fluxgate 3D dan sensor seismik. Kedua perangkat ini digunakan untuk mengumpulkan data magnetik dan seismik, yang nantinya dianalisis untuk memahami hubungan antara fenomena geofisika di bumi dan aktivitas di ruang angkasa.
“Data yang diperoleh akan sangat penting untuk mempelajari pola gempa tektonik maupun vulkanik. Dengan integrasi ke dalam jaringan global, kami bisa mengembangkan penelitian yang lebih mendalam dan berkolaborasi dengan institusi internasional,” jelas Prof Sukir.
Ia mengungkapkan bahwa pada Maret 2025, UB bersama tim dari Kyushu University dan NRIAG akan memasang sensor magnetometer induksi yang dikembangkan oleh Nagoya City University, Jepang. “Kami optimis proyek ini dapat meningkatkan kapasitas prediksi bencana, sehingga risiko terhadap masyarakat dapat diminimalkan,” tambahnya.
Prof Sukir menyoroti bahwa kolaborasi internasional ini memberikan akses bagi mahasiswa untuk terlibat dalam penelitian berskala global. “Mahasiswa, khususnya di jenjang S2 dan S3, dapat memanfaatkan proyek ini untuk meningkatkan kemampuan riset mereka. Kerja sama ini memberikan pengalaman nyata dalam kolaborasi lintas negara, yang sangat berharga untuk pengembangan keilmuan mereka,” katanya. (Hartatik)
Foto banner: Pakar mitigasi bencana Universitas Brawijaya (UB), Prof Sukir Maryanto menunjukkan lokasi MAGDAS di Laboratorium UB Cangar. (Sumber: UB/handout)