Jakarta – Sebagai tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman dengan Pertamina NRE pada 9 Maret lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Stasiun Gambir. Kebijakan tersebut bagian dari komitmen dalam menurunkan emisi karbon.
“Kerjasama dengan Pertamina RNE ini fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) pada aset KAI,” ujar Direktur Proyek dan Operasi Pertamina NRE, Norman Ginting, Rabu (28/9).
Norman menambahkan, BUMN didorong untuk berperan besar dalam upaya dekarbonisasi. Pemanfaatan energi terbarukan seperti inisiasi KAI ini akan berkontribusi pada penurunan emisi. Untuk itu, pihaknya sangat antusias dengan kolaborasi ini.
“Kami sangat menyambut baik peluang kolaborasi-kolaborasi lainnya yang akan mendorong pencapaian target net zero emissions,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan KAI, Salusra Wijaya menerangkan, pemasangan PLTS ini merupakan upaya transisi energi yang dilakukan KAI dengan menggunakan EBT untuk suplai energi listrik di berbagai aset KAI.
“Implementasi solar panel di stasiun dan kantor KAI ini merupakan bagian dari rangkaian HUT ke-77 KAI yang bertema Bangkit Lebih Cepat, Melayani Lebih Baik. Di momen ulang tahunnya ini, KAI ingin turut serta menghijaukan Indonesia melalui environmental, social, and governance (ESG) dalam pemanfaatan EBT untuk terciptanya ekosistem bisnis yang lebih baik dan berkelanjutan,” kata Salusra.
Selain di Stasiun Gambir, KAI juga telah memanfaatkan PLTS di gedung Jakarta Railway Center. Jika ditotal, kapasitas kedua PLTS tersebut mencapai 80,5 kWp. Secara bertahap KAI akan meningkatkan kapasitas dan memperluas penggunaan PLTS di asset-asetnya yang lain. Potensi EBT lain yang dapat dikolaborasikan oleh kedua entitas adalah pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar kereta api. (Hartatik)
Foto banner: PLTS atau Solar Panel yang terpasang di Stasiun Gambir, Jakarta. (Sumber: Dok. KAI)