Jakarta – Indonesia masih sangat memerlukan investasi global untuk mempercepat transisi energi di Indonesia, menurut para pengamat pertambangan. Menurut Kementerian Investasi, investasi bidang energi baru dan terbarukan (EBT) dan transisi energi di Indonesia hingga 2060 membutuhkan pendanaan hingga USD 1 triliun atau sekitar sekitar Rp 14.889 triliun. Pada 2021, invetasi tersebut tercatat mengalami kenaikan hingga 25%.
Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan, modal dari investor global telah memfasilitasi perkembangan pesat pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan mendorong transfer teknologi yang memungkinkan Indonesia memanfaatkan potensi energi terbarukan yang sangat besar.
“Jika hanya mengandalkan kekuatan domestik, hasilnya akan kurang optimal karena masih harus dibagi-bagi ke semua sektoral,” ujar Komaidi.
Begitu pun, lanjutnya, masalah investasi bukan hanya di sektor pertambangan. Dia menilai kolaborasi dengan investor global lebih baik dan lebih optimal dari berbagai aspek.
“Kalau investasi masuk ke dalam negeri, secara otomatis beberapa variabel akan tercipta. Otomatis penyerapan tenaga kerja juga akan dinimati oleh domestik. Kemudian, nilai tambah ekonomi juga akan tercipta di dalam negeri,” terangnya.
Investasi ini mendukung upaya pemerintah untuk mendiversifikasi bauran energi negara dan mitigasi perubahan iklim. Seiring upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan merangkul sumber energi terbarukan, kemitraan strategis dengan investor internasional mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. (Hartatik)