Teknologi interkoneksi jaringan investasi jangka panjang transisi energi

Jakarta – Program Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE) menyadari bahwa adaptasi menuju teknologi baru sangatlah penting bagi negara untuk mencapai pasokan ketenagalistrikan dan target pengurangan emisinya, terutama bagi negara-negara yang telah memiliki target iklim, termasuk Indonesia.

Manajer Program CASE Indonesia, Agus Tampubolon mengatakan, penggunaan teknologi interkoneksi jaringan dan penyimpanan energi sangat penting bagi Indonesia, terutama sebagai investasi jangka panjang, dan tidak dipandang sebagai beban dari pilihan Indonesia bertransisi menuju energi terbarukan.

“Kedua teknologi ini dapat meningkatkan ketersediaan energi dan keandalan sistem yang digunakan. Dengan teknologi penyimpanan energi yang semakin terjangkau, digabungkan dengan interkoneksi antar pulau, biaya pembangkitan listrik dari energi terbarukan akan semakin murah,” ujar Agus dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut, menurutnya, sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan teknologi interkoneksi jaringan ketenagalistrikan dan penyimpanan energi untuk memastikan keberhasilan transisi energi.

Mengutip laporan Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System: A Pathway to Zero Emission by 2050 yang dipublikasikan oleh IESR tahun 2021, Indonesia memerlukan integrasi dan penyimpanan energi untuk penggunaan energi terbarukan yang maksimal, seperti energi surya. Mempertimbangkan potensi energi terbarukan Indonesia yang sangat besar, perkembangan teknologi baru sangat penting untuk memaksimalkan potensi Indonesia dalam pembangkitan energi bersih.

Sementara itu, Penasihat Transisi Energi GIZ Indonesia yang juga menjadi Periset Utama bagi Long Term Energy Scenario, Yudiandra Yuwono mendesak Pemerintah Indonesia untuk semakin proaktif dalam mempersiapkan kebutuhan pasokan energi di masa depan. Melalui prakiraan, kebutuhan listrik Indonesia dapat mencapai sepuluh kali lipat pada tahun 2060, dan melalui data ini, teknologi penyimpanan energi akan semakin dibutuhkan. Untuk mencapai target net zero emissions pada 2060 dan mengurangi ketergantungannya pada energi fosil, teknologi baterai dan pompa penyimpanan akan berperan penting dalam transformasi sektor energi.

“Potensi energi terbarukan sangat bergantung pada kondisi geografis sebuah negara. Dengan adanya interkonektivitas, Indonesia dapat menggunakan potensi energi terbarukannya secara maksimal. Strategi ini dapat memperkuat keandalan dan keamanan sistem jaringan ketenagalistrikan dan meningkatkan efisiensi dalam proses distribusi,” tukasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles