Jakarta – PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan bahwa teknologi Carbon Capture Storage (CCS) tidak hanya sekadar alat untuk dekarbonisasi, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang yang dapat menjadi mesin pertumbuhan baru bagi perusahaan. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mengurangi emisi karbon serta memperkuat posisi sebagai penopang ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menekankan bahwa teknologi CCS memberikan solusi untuk tumbuh dengan lebih sedikit karbon.
“Kami memiliki CO2 dengan kemurnian tinggi, sehingga yang kami butuhkan hanya penyimpanan dan cara untuk memasukkan CO2 tersebut ke dalam tanah,” kata Rahmad dalam sebuah diskusi panel di The International Indonesia CCS (IICS) Forum 2024, Kamis, 8 Agustus.
Pupuk Indonesia telah merencanakan beberapa proyek terkait CCS, termasuk produksi 4,3 juta ton blue ammonia di Aceh dan Sumatera Selatan. Perusahaan juga akan mengembangkan fasilitas penyimpanan karbon di Kalimantan Timur yang diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2030.
Untuk mendukung inisiatif ini, Pupuk Indonesia telah menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd. terkait penangkapan karbon dan produksi amonia rendah karbon.
Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2024 yang mengatur kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon untuk mencapai target iklim dalam nationally determined contribution (NDC) dan netralitas karbon atau net zero emission (NZE). Pupuk Indonesia menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi CCS sesuai dengan peraturan ini.
Rahmad menjelaskan, pada tahun 2045, produksi amonia perusahaan akan meningkat dari 7 juta ton menjadi 12 juta ton, dengan sebagian besar berasal dari amonia bersih.
“Grey ammonia kami akan dikurangi menjadi hanya 2,3 juta ton. Pupuk Indonesia akan mengonversi beberapa pabrik menjadi amonia biru dan membangun proyek greenfield untuk amonia biru dan hijau,” ujar Rahmad.
Menurut Rahmad, CCS bukan hanya sekadar upaya dekarbonisasi yang dilihat sebagai biaya tambahan.
“Bagi Pupuk Indonesia, CCS adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik. Ini adalah mesin pertumbuhan baru kami di masa depan,” tegasnya. (Hartatik)