PGE, Pertagas kembangkan hidrogen dan amonia hijau dari panas bumi

Kiri ke kanan, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari, Direktur Utama PGE Julfi Hadi, Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina A Salyadi Saputra, Direktur Utama Pertagas Gamal Imam Santoso dan Direktur Proyek dan Operasi Pertamina Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Norman Ginting usai penandatanganan Joint Study Agreement di Grha Pertamina, Rabu (5/2). (PGE/handout)

 

Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) menggelar kajian teknis untuk mengubah listrik yang dihasilkan dari panas bumi menjadi hidrogen hijau dan amonia hijau. Pertamina Group menggagas inisiatif strategis ini untuk membangun green energy hub dan mendukung dekarbonisasi sektor industri dan transportasi, menurut BUMN tersebut dalam siaran pers, Senin, 10 Februari.

Kajian teknis tersebut disepakati melalui Joint Study Agreement yang ditandatangani di Grha Pertamina pada Rabu, 5 Februari, dan diberi judul “Penggunaan Listrik dari Panas Bumi untuk Beyond Energy”.

Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), A Salyadi Saputra menyatakan, kerjasama antara PGE dan Pertagas adalah lompatan strategis untuk mengintegrasikan potensi panas bumi ke dalam produksi bahan bakar hijau.

“Kami menargetkan penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau yang dapat memenuhi kebutuhan industri, sekaligus mengolahnya menjadi amonia hijau sebagai alternatif bahan bakar untuk transportasi dan aplikasi lain,” ungkap Salyadi.

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menambahkan bahwa keunggulan utama dari pemanfaatan panas bumi adalah ketersediaan energi yang stabil dan emisi yang sangat rendah. “Potensi panas bumi Indonesia sangat besar, dan dengan teknologi elektrolisis yang tepat, kami yakin bisa menghasilkan hidrogen hijau dengan biaya yang kompetitif. Ini merupakan langkah penting dalam mendukung target transisi energi nasional dan mencapai net-zero emissions pada tahun 2060,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertagas, Gamal Imam Santoso menekankan peran vital infrastruktur gas yang dikelola oleh perusahaannya. “Dengan jaringan pipa sepanjang 2.930 km, Pertagas siap mendukung distribusi hidrogen hijau dan amonia hijau ke pasar domestik serta ekspor. Kami akan bekerja sama dengan mitra strategis untuk mengembangkan sistem penyimpanan dan pengiriman yang efisien, sehingga hasil produksi dari proyek ini dapat segera diakses oleh sektor industri dan transportasi,” kata Gamal.

Kajian ini mencakup analisis kelayakan teknis produksi hidrogen hijau dan amonia hijau dari listrik panas bumi, termasuk evaluasi komposisi termal, potensi penggunaan elektrolisis, dan studi pasar untuk kedua produk tersebut. Proyek kerja sama ini direncanakan akan dilakukan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola oleh PGE, yang diperkirakan memiliki potensi optimal untuk mendukung produksi dalam skala industri.

Inisiatif pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau ini selaras dengan target pemerintah dalam memperkuat bauran energi terbarukan dan menurunkan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, langkah ini juga mendukung agenda dekarbonisasi yang bertujuan mencapai emisi nol karbon pada tahun 2060.

Dengan pendekatan economics of speed—yaitu percepatan pengembangan teknologi dan optimalisasi infrastruktur—Pertamina Group berambisi untuk menjadi pemain utama dalam energi hijau di tingkat global. “Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat portofolio energi bersih kami, tetapi juga membuka peluang baru untuk mengembangkan ekosistem industri hijau yang terintegrasi. Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi katalisator dalam mengakselerasi transisi energi nasional,” pungkas Salyadi. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles