Jakarta – Perubahan iklim yang semakin ekstrem mengancam masa depan para pemuda di wilayah pesisir Indonesia. Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna, Senin, 29 Oktober, menyatakan bahwa ancaman terhadap ekosistem laut dan ekonomi pesisir dapat menggagalkan harapan generasi muda untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Kondisi lingkungan di kawasan pesisir kini semakin memprihatinkan, terutama karena kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim.
“Pemuda di wilayah pesisir sebenarnya memiliki semangat untuk melakukan perubahan, namun tantangan yang dihadapi sangat besar,” kata Hendra dalam keterangan tertulis. Menurutnya, minimnya akses terhadap pendidikan dan peningkatan keterampilan, terutama di daerah pulau-pulau kecil, menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan para pemuda pesisir. Selain itu, keberpihakan pemerintah dalam melindungi lingkungan dan ekonomi pesisir juga dinilai masih kurang optimal.
Hendra menambahkan, risiko bekerja di laut semakin besar dengan adanya perubahan iklim. Gelombang tinggi, cuaca ekstrem, dan penurunan hasil tangkapan menjadi tantangan yang harus dihadapi para pemuda yang bekerja sebagai nelayan.
“Hasil tangkapan yang belum tentu dihargai dengan baik juga memaksa mereka berpikir ulang untuk meneruskan pekerjaan di laut,” ungkapnya.
Laporan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 menunjukkan bahwa potensi ekonomi sektor pesisir dan laut yang hilang akibat perubahan iklim pada rentang 2020–2024 diperkirakan mencapai Rp 81,53 triliun. Dampaknya paling terasa di pesisir Jawa dan Sulawesi, dan akan terus mengancam perekonomian lokal jika tidak segera ditanggulangi.
Hendra menyatakan pentingnya bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan masyarakat pesisir dalam merumuskan rencana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Masyarakat pesisir perlu dibekali kemampuan adaptasi agar mereka memiliki ketahanan iklim yang baik,” tegasnya.
Langkah tersebut, lanjut Hendra, sebaiknya dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, dimana pemuda pesisir dilatih untuk meningkatkan nilai produk perikanan dan mengoptimalkan potensi sumber daya secara berkelanjutan.
Lebih lanjut, Hendra mengungkapkan bahwa Indonesia memerlukan peta jalan adaptasi perubahan iklim yang jelas dan regulasi yang terimplementasi secara efektif.
“Perlu ada pemimpin di pemerintahan yang benar-benar fokus menangani dampak perubahan iklim. Regulasi yang dibuat harus sesuai dan melibatkan masyarakat pesisir sejak perencanaan hingga evaluasi kebijakan,” paparnya.
Hendra menekankan bahwa komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah perlu diperbaiki agar kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bisa diterapkan dengan lebih baik. (Hartatik)