Jakarta – Sebuah laporan terbaru dari Satuan Tugas Iklim, Pembangunan, dan Dana Moneter Internasional (IMF) menyerukan reformasi yang mendesak dalam pendekatan IMF terhadap perubahan iklim. Laporan tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim dan respon globalnya menimbulkan risiko yang signifikan terhadap stabilitas keuangan, pengurangan kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sebagai lembaga multilateral terkemuka yang bertanggung jawab atas stabilitas sistem keuangan internasional, IMF memiliki peran penting dalam transisi global menuju ekonomi rendah karbon.
Meskipun IMF telah mencapai beberapa kemajuan dalam menangani masalah iklim, laporan ini menyoroti perlunya kepemimpinan yang lebih besar di tiga bidang utama: pengawasan multilateral, pengawasan bilateral, dan perangkat pinjamannya. Satuan Tugas menguraikan 22 reformasi dalam Agenda Aksi IMF 2030, yang mendesak IMF untuk meningkatkan pendanaan iklim, beralih dari konsolidasi fiskal ke mobilisasi sumber daya, dan memperluas akses ke Fasilitas Ketahanan dan Keberlanjutan.
Para ahli menekankan urgensi dari perubahan-perubahan ini. Iyabo Masha, Direktur Kelompok 24 Pemerintah, mengatakan, “IMF harus bangkit untuk memberikan dukungan, sumber daya, dan panduan kepada negara-negara berkembang yang diperlukan untuk pembangunan yang tangguh di dunia yang terkendala iklim.”
Laporan tersebut meminta Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva untuk memimpin reformasi ini, dengan pembaruan kemajuan yang diharapkan pada Pertemuan Tahunan IMF/Bank Dunia tahun 2025. Dengan semakin sempitnya kesempatan global untuk membatasi kenaikan suhu di bawah 1,5°C, laporan ini menekankan bahwa IMF harus bertindak cepat untuk mendukung transformasi ekonomi global yang adil dan berkelanjutan. (nsh)