Orkestra katak mungkin akan segera sunyi

International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mendaftarkan Atelopus zeteki, yang lebih dikenal dengan nama Cerro Campana Stubfoot Toad atau Katak Emas Panama, ke dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah. Foto: Brian Gratwicke/Wikimedia  Commons.

oleh: Greg Clough

“Di alam, tidak ada yang ada sendirian.” Rachel Carson, Silent Spring.

Besar di pinggiran kota Australia, saya ingat pernah diam-diam membawa stoples ibu untuk menangkap kecebong di kolam di dekat rumah, dengan penuh harap kecebong itu akan tumbuh menjadi katak. Sekarang, setelah tinggal di pinggiran kota Indonesia, tiap malam harmoni suara katak menemani saya setiap malam. Ini adalah pengingat yang menyenangkan bahwa keanekaragaman hayati dapat berkembang di kota dan negara. Pertanyaannya adalah, untuk berapa lama?

Karya Rachel Carson pada tahun 1962 tentang lingkungan, Silent Spring, membantu memicu gerakan lingkungan saat ini. Kata-katanya, “di alam, tidak ada yang berdiri sendiri”, terus mengingatkan kita akan keharmonisan yang rumit antara manusia dan planet ini. Ketika tidak ada yang hidup sendirian, bahkan tindakan terkecil sekalipun akan memberikan efek riak pada keanekaragaman hayati dan ekosistem kita. Ketika itu adalah tindakan manusia, sering kali riak tersebut mengalir menjadi tsunami yang memusnahkan kehidupan.

Sayangnya, hal ini terjadi pada ratusan spesies katak di dunia. Jika kepunahan mereka terus berlanjut dengan laju seperti saat ini, kita tidak hanya akan kehilangan simfoni gembira katak yang merdu, tetapi yang lebih mengkhawatirkan lagi, kita akan kehilangan peran penting mereka dalam menjaga keanekaragaman hayati dan menyeimbangkan ekosistem.

Bari-baru ini artikel dari berita lingkungan Mongabay membuat kita sedih. Artikel tersebut melaporkan bagaimana hilangnya habitat di Western Ghats, India, mendorong katak menuju kepunahan.

Sungguh tragis mendengar bahwa deforestasi yang didorong oleh infrastruktur di India mengancam kepunahan katak. Tragedi ini tidak hanya terjadi di Western Ghats. Sebuah penelusuran terhadap basis data International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa 1.558 atau seperlima dari sekitar 7.642 spesies katak di dunia terancam punah.

Katak menghadapi ancaman yang saling berkaitan, termasuk kehilangan dan fragmentasi habitat, spesies invasif, polusi, perubahan iklim, dan penyakit. Hilangnya habitat membuat katak sulit menemukan pasangan untuk berkembang biak. Spesies invasif bersaing dengan katak asli untuk mendapatkan makanan dan dapat menularkan penyakit. Perubahan iklim memaksa katak untuk mencari tempat yang lebih sejuk namun sering kali tidak ramah.

Jika katak bukan lagi katak, mereka pasti bunglon

Katak adalah makhluk yang serba bisa. Mereka adalah hewan amfibi. Dan mereka datang dalam berbagai bentuk dan warna. Mereka juga ahli multitasking, sangat penting dalam rantai makanan, bertindak sebagai pemangsa, mangsa, dan penyerbuk. Ditambah lagi, masih banyak lagi. Bahkan kodok tebu juga menyediakan jasa-jasa tersebut di lingkungan aslinya.

Sebagai predator, katak mengkonsumsi serangga dan invertebrata lainnya, sehingga membantu mengendalikan populasi mereka. Jika katak menghilang, hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah serangga dan invertebrata, menciptakan ketidakseimbangan dan potensi wabah hama. Dalam contoh ekstrem, peningkatan serangga dapat menimbulkan bahaya kesehatan, seperti meningkatkan risiko penyakit dari nyamuk yang membawa malaria, demam kuning atau demam berdarah.

Sebagai mangsa, katak merupakan sumber makanan bagi ular, burung, dan mamalia. Kepunahan katak dapat membahayakan kelangsungan hidup predator-predator tersebut. Hilangnya katak juga dapat memicu efek berjenjang di seluruh ekosistem karena predator beralih ke mangsa lain, menyebabkan dampak lebih lanjut pada rantai makanan.

Sebagai penyerbuk, katak sering memakan nektar bunga, memindahkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya dan berkontribusi pada reproduksi spesies tanaman dan keanekaragaman genetik. Jika katak punah, tanaman yang bergantung pada penyerbuk katak akan menghadapi tantangan untuk bereproduksi dan mempertahankan populasi yang layak.

Sebagai penyebar benih, katak sering memakan buah-buahan dan mengeluarkan benih di lokasi yang berbeda, membantu menjajah area baru dan mendorong keragaman genetik. Jika katak lenyap, penyebaran benih dapat menurun secara signifikan, dan tanaman mungkin tidak dapat memperluas jangkauannya dan beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan.

Sebagai siklus hara, katak mengeluarkan pupuk organik dari kotoran mereka, sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan produktivitas ekosistem secara keseluruhan. Jika katak punah, hilangnya unsur hara dapat memengaruhi kesehatan, pertumbuhan, dan keanekaragaman tanaman.

Sebagai penghuni lahan basah, katak sering berinteraksi dengan komunitas tanaman tertentu. Makanannya pada vegetasi, kecebongnya yang merumput di ganggang, dan pergerakannya di lahan basah dapat membentuk struktur dan komposisi vegetasi. Hilangnya katak dapat menguntungkan tanaman tertentu dibandingkan tanaman lainnya, mengubah komposisi spesies tanaman lahan basah.

Sebagai indikator perubahan iklim, katak sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, dan dengan menurunnya atau punahnya populasi katak, mereka dapat mengindikasikan ketidakseimbangan ekologi yang lebih luas dan degradasi ekosistem yang diakibatkan oleh perubahan iklim atau penyebab lainnya.

Bagaimana agar katak tetap “bernyanyi”

Kepunahan katak secara serius mengancam kesehatan banyak ekosistem. Mengambil langkah untuk melindungi katak dan habitatnya sangatlah penting. Berikut adalah beberapa pendekatan:

– Melestarikan dan memulihkan lahan basah, hutan, dan ekosistem yang menjadi tempat berkembang biak dan tempat berlindung bagi katak.
– Mengurangi atau menghilangkan pestisida dan herbisida yang membahayakan katak dan habitatnya.
– Mengendalikan spesies invasif yang memangsa katak atau bersaing dengan mereka untuk mendapatkan sumber daya.
– Melakukan penelitian ilmiah untuk memahami katak dan habitatnya dengan lebih baik.
– Memantau tren populasi dan menerapkan langkah-langkah konservasi yang efektif.
– Mencegah penyebaran penyakit yang menghancurkan katak.

Dan pada akhirnya …

Seperti yang ditulis oleh Rachel Carson, “Di alam, tidak ada yang hidup sendirian”. Membiarkan hilangnya katak secara tidak terkendali berisiko mengganggu keseimbangan ekosistem yang rumit dan membahayakan kesejahteraan organisme lain yang tak terhitung jumlahnya. Kita dapat melindungi katak dengan melestarikan habitatnya, membatasi penggunaan bahan kimia berbahaya, mengelola spesies invasif, dan mendorong konservasi masyarakat.

Sudah saatnya kita memikul tanggung jawab ini dan memastikan simfoni katak yang mempesona terus bergema – di kota dan negara – menyelaraskan planet kita dan menginspirasi generasi mendatang.

Ini juga saatnya anak-anak belajar untuk tidak memburu kecebong!

 

Foto banner: Maxim Michurin1109/shutterstock.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles