Jakarta – Peningkatan kapasitas tenaga surya dan angin pada skala utilitas di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencapai titik tertinggi baru. Data dari Global Solar and Wind Power Trackers menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN telah meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin sebesar 20 persen pada tahun lalu, melampaui angka 28 GW.
Vietnam, dengan kapasitas 19 GW, menjadi pemimpin dalam hal pembangkit listrik tenaga surya dan angin skala utilitas di kawasan ini, diikuti oleh Thailand dan Filipina masing-masing dengan kapasitas 3 GW.
Namun, menurut laporan terbaru dari Global Energy Monitor, tantangan dalam mewujudkan transisi energi bersih masih mengintai. Meskipun terdapat proyek-proyek yang menjanjikan, hanya sebagian kecil dari kapasitas tersebut yang saat ini sedang dibangun, yaitu sebesar 6 GW, atau hanya 3 persen dari rata-rata global. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan ASEAN untuk mencapai target energi terbarukan pada tahun 2025, yang ditetapkan sebesar 35 persen.
Diperlukan tambahan sekitar 10,7 GW proyek skala utilitas di luar proyek yang sudah dalam tahap konstruksi untuk mencapai target tersebut. Meskipun demikian, dengan 23 GW yang diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2025, ASEAN kemungkinan besar akan melampaui sasaran tersebut.
Namun, tantangan masih ada di depan. Kurangnya kemajuan dalam terobosan proyek-proyek baru dan lingkungan peraturan yang rumit untuk energi terbarukan, bersama dengan ketergantungan yang terus berlanjut pada bahan bakar fosil, dapat menghambat langkah-langkah menuju transisi energi bersih yang diinginkan. (Hartatik)