Jakarta – Sebuah laporan yang baru saja diterbitkan oleh Earth Insight menyoroti meningkatnya ancaman yang dihadapi ekosistem-ekosistem paling vital di dunia akibat pesatnya ekspansi industri minyak, gas dan pertambangan. Laporan yang berjudul “Closing Window of Opportunity: Mapping Threats from Oil, Gas, and Mining to Important Areas for Conservation in the Pantropics” atau “Menutup Jendela Peluang: Memetakan Ancaman dari Minyak, Gas, dan Pertambangan terhadap Kawasan Penting untuk Konservasi di Kawasan Pantropis,” menyoroti tumpang tindih yang parah antara konsesi industri dan kawasan konservasi yang sangat penting, termasuk Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), hutan dengan integritas tinggi, dan Wilayah Adat.
Menurut temuan tersebut, kegiatan industri merambah lebih dari 500 KBA dan 180 juta hektar hutan yang masih asli di Lembah Amazon, Lembah Kongo, dan Asia Tenggara, menurut pernyataan kelompok tersebut pada hari Selasa, 22 Oktober. Wilayah-wilayah ini, yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati dan pengaturan iklim, semakin terancam karena industri ekstraksi merangsek masuk ke bentang alam yang sebelumnya tidak tersentuh. Laporan ini juga menggarisbawahi ancaman terhadap masyarakat adat, yang wilayahnya di kawasan-kawasan tersebut secara langsung terdampak oleh bahan bakar fosil dan konsesi pertambangan.
Selain itu, lebih dari 25 juta hektar kawasan lindung saat ini tumpang tindih dengan operasi minyak dan gas, sehingga membahayakan upaya konservasi. Beberapa studi kasus dalam laporan tersebut menggambarkan dampak buruk dari ekspansi ini terhadap masyarakat adat, termasuk mereka yang hidup dalam isolasi secara sukarela.
“Melestarikan alam sangat penting untuk masa depan kita bersama. Tanah dan para pemimpin adat dan lokal yang menjaganya mengirimkan pesan yang jelas…” ujar Tyson Miller, Direktur Eksekutif, Earth Insight. “Kita berada di persimpangan jalan: kita bisa bertindak sekarang untuk melindungi sistem alam yang menopang kehidupan atau terus melaju di jalur bisnis seperti biasa yang mengarah ke jurang.”
Laporan ini menyerukan tindakan segera, mendesak para pemimpin dunia untuk memperluas jaringan kawasan lindung, memastikan kedaulatan masyarakat adat, dan mengamankan pendanaan yang lebih signifikan untuk upaya konservasi. Seiring dengan semakin dekatnya waktu untuk bertindak, laporan ini memperingatkan akan adanya kerusakan permanen pada ekosistem yang berfungsi sebagai penyerap karbon, yang sangat penting dalam menstabilkan iklim global.
Madhu Rao, Ketua Komisi Dunia IUCN untuk Kawasan Lindung, mengatakan: “Kawasan Lindung dan Konservasi merupakan strategi penting untuk mengatasi krisis iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Sebagai penyerap karbon yang penting, kawasan lindung dan konservasi akan semakin penting untuk membantu kita mengatasi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengamankan keanekaragaman hayati di wilayah-wilayah ini dari eksploitasi skala industri, termasuk pertambangan dan ekstraksi bahan bakar fosil, sembari mengakui pengelolaan oleh masyarakat adat di wilayah-wilayah tersebut.”
Penelitian Earth Insight merupakan seruan keras bagi para pembuat kebijakan untuk menegakkan komitmen yang telah dibuat di bawah Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global dan memprioritaskan perlindungan ekosistem bernilai tinggi ini sebelum terlambat. (nsh)