Kementerian ESDM kaji penambahan kuota PLTS Atap tahun Ini, kejar target 2028

Jakarta – Lonjakan minat dunia industri terhadap pemanfaatan energi surya mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengevaluasi dan membuka peluang penambahan kuota Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap pada tahun 2025.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, dalam keterangan resmi, Selasa, 29 April, menyatakan bahwa peningkatan minat tersebut menyebabkan antrian permintaan pemasangan PLTS Atap semakin panjang. “Kami meminta untuk meningkatkan kuota karena ada antrian panjang yang ingin kapasitas terpasang PLTS Atap,” ungkap Feby,

Kementerian ESDM mencatat, hingga Maret 2025, kapasitas terpasang PLTS Atap telah mencapai 406,78 Megawatt (MW) dengan total pelanggan sebanyak 10.437. Capaian ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam pemanfaatan energi terbarukan, terutama di sektor industri yang ingin menekan biaya operasional dan mendukung transisi energi bersih.

Menurut Feby, PLTS Atap merupakan solusi paling strategis untuk mendorong pemanfaatan energi surya secara cepat dan efisien, terutama karena penggunaannya lebih diarahkan untuk konsumsi mandiri, bukan ekspor ke jaringan PLN.

“PLTS Atap ini paling cocok untuk mengakselerasi pemanfaatan energi matahari. Tidak seperti PLTS skala besar, sistem ini lebih difokuskan untuk penggunaan sendiri,” jelasnya.

Pemerintah sendiri menargetkan kapasitas terpasang PLTS Atap mencapai 1,9 Gigawatt (GW) pada tahun 2030. Untuk mengejar target tersebut, Kementerian ESDM telah menetapkan kuota pengembangan PLTS Atap melalui Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan No. 279.K/TL.03/DJL.2/2024.

Kuota ini disusun berdasarkan sistem klaster dan mencakup wilayah Jawa Madura Bali (Jamali) 1.400 MW, Sumatera 80 MW, Kalimantan 89 MW, Sulawesi 17 MW, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara 7 MW

Penetapan kuota tersebut masih bersifat dinamis dan bisa direvisi sesuai perkembangan di lapangan. Kuota tahunan juga disusun secara bertahap, yakni 901 MW (tahun 2024), 1.004 MW (tahun 2025), 1.065 MW (tahun 2026), 1.183 MW (tahun 2027), dan 1.593 MW (tahun 2028).

Di sisi lain, pelaku industri menyambut baik rencana penambahan kuota ini. Sekretaris Jenderal Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), I Made Aditya Suryawidya, menilai bahwa lonjakan permintaan PLTS Atap berasal dari kalangan industri yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap listrik PLN.

“Peningkatan dari sisi konsumen sangat terlihat, terutama dari pabrik-pabrik yang ingin pasang PLTS Atap. Ini menandakan bahwa baik dari sisi demand maupun supply memang terus tumbuh,” ujar Made. (Hartatik)

Foto banner: shutterstock

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles