Jakarta – Kabar mengenai akan masuknya perusahaan Malaysia menggantikan Shell di Blok Masela dinilai positif oleh pengamat. Petroliam Nasional Berhad (Petronas), perusahaan migas asal Malaysia dikabarkan akan mengambil alih kelola participating interest (PI) dari Shell yang melepas hak partisipasinya di Lapangan Abadi, Masela.
Perwakilan Petronas sudah bertemu langsung dengan manajemen Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream PT Pertamina (Persero). Meski begitu baik Pertamina maupun pemerintah belum mau berbicara banyak, dan menegaskan keterlibatan Petronas merupakan inisiatif business to business.
Praktisi migas, Hadi Ismoyo menilai, potensi keterlibatan Petronas dalam pengelolaan Blok Masela cukup positif. “Jika memang Petronas bergabung, maka itu jadi sebuah langkah positif. Sharing risiko dalam pengelolaan blok migas sekaliber Masela merupakan langkah tepat,” ungkap mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).
Menurutnya, Petronas merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan dan pengelolaan LNG di laut dengan skala kecil. Bahkan Floating LNG (FLNG) di wilayah perairan Sarawak yang dikelola Petronas jadi FLNG pertama di dunia. Floating LNG kecil itu berkapasitas sekitar 1,2 MTPA.
“Artinya secara operations penting sekali, pengalaman Petronas dalam menghandle FLNG , untuk mengantisipasi jika pada akhirnya Masela Development, kembali lagi ke opsi Floating LNG seperti original Plan of Development atau POD,” jelas Hadi.
Saat ini POD yang diminta pemerintah adalah pengolahan LNG dilakukan di darat (onshore). Pemerintah sedang mempertimbangkan opsi pengelolaan bertahap dengan skala kecil di Blok Masela. Hal ini bertujuan agar proyek Masela tetap berjalan dan Indonesia tidak kehilangan momentum pemanfaatan gas yang makin gencar dalam beberapa tahun ke depan.
Pada POD awal, nilai investasi di Blok Masela diestimasikan mencapai USD 19,8 miliar, dengan kapasitas fasilitas LNG mencapai 9,5 Metrik Ton Per Annum (MTPA) atau setara 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) serta gas pipa mencapai 150 MMscfd. Selain itu, Blok Masela diproyeksi menghasilkan kondensat 35 ribu barel per hari. Jumlah investasi ini dikabarkan akan membengkak antara USD 1,3 – 1,4 miliar untuk membiayai penerapan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya di Lapangan Abadi. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI), sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%. (Hartatik)
Foto banner: Sumur eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di perairan utara Jawa. (Sumber: Pertamina)