Jakarta – Organisasi analisis risiko iklim fisik independen, The Cross Dependency Initiative (XDI), akhir Februari merilis daftar peringkat global terbaru terkait provinsi-provinsi di seluruh Asia yang menghadapi risiko kerusakan tertinggi akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim. Dalam rilis tersebut, XDI melaporkan bahwa empat provinsi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DKI Jakarta memiliki risiko kerusakan tinggi dan masuk ke dalam peringkat 100 besar global.
“Jawa Timur berada di peringkat ke-23, Jawa Barat ke-24, Jawa Tengah ke-31, dan DKI Jakarta di peringkat ke-91,” ungkap CEO XDI, Rohan Hamden. Selain itu, ada enam provinsi Indonesia lainnya yang juga memiliki risiko kerusakan tertinggi secara global, yakni Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Banten, dan Aceh.
Adapun metoda analisa yang dilakukan XDI dengan mengumpulkan data Risiko Iklim Domestik Bruto, lalu membandingkan lebih dari 2.600 provinsi dan negara bagian di seluruh dunia. Perbandingan data mendasarkan pada proyeksi model kerusakan bangunan dan properti akibat cuaca ekstrem serta dampak dari perubahan iklim yakni banjir, kebakaran hutan, dan kenaikan permukaan air laut. XDI memproyeksikan bahwa pada 2050, lebih dari setengah dari 200 provinsi yang menempati daftar teratas kerusakan tersebut berada di Asia.
Menurut Hamden, dalam hal skala keseluruhan risiko kerusakan dan eskalasi risiko, Asia memiliki kerugian terbesar seiring meningkatnya cuaca ekstrem perubahan iklim. Dari data 50 besar provinsi paling berisiko pada 2050, lebih dari setengahnya berada di China, terutama di wilayah timur dan selatan yang terkoneksi langsung dengan perekonomian global seperti di sepanjang perairan dan delta Sungai Yangtze dan Sungai Pearl.
Di sisi lain, Asia juga berpotensi mendapat keuntungan terbesar dari pencegahan memburuknya perubahan iklim dan mempercepat investasi ketahanan iklim. Pusat-pusat ekonomi Asia yang sangat maju dan signifikan, secara global, berada di peringkat 100 teratas untuk risiko kerusakan, termasuk Jakarta, Beijing, Ho Chi Minh City, Taipei City, dan Mumbai. Asia Tenggara mengalami eskalasi kerusakan terbesar dari tahun 1990 hingga 2050 di seluruh dunia.
Peringkat Risiko Iklim Domestik Bruto adalah analisis global paling canggih tentang risiko iklim fisik hingga saat ini. Peringkat ini menawarkan keluasan dan kedalaman serta perincian dalam skala yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Pemeringkatan dilakukan berdasarkan bangunan fisik yang dapat terdampak atas perubahan pola cuaca dan insiden cuaca ekstrem akibat perubahan iklim sesuatu dengan IPCC Representative Concentration Pathway (RCP) 8.5. Artinya apabila dunia tidak melakukan aksi iklim apapun maka suhu rata-rata dunia akan melampaui 4 derajat Celcius pada tahun 2100. Lebih dari 320 juta titik data digunakan dalam menganalisis kemungkinan kerusakan yang dapat dialami wilayah akibat dampak pada aset infrastruktur dan bangunan. (Hartatik)