Jajaki kerja sama dengan PLN, PLTA Kayan mampu pasok listrik 12 GW

Jakarta – Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan di Kalimantan Utara akan menambah bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (10/10).

Airlangga yang hadir dalam acara Kerja Sama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade antara PT Kayan Hydro Energy dan Sumitomo Corporation berharap PLTA ini mampu membantu percepatan pengembangan transisi energi menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT).

PT Kayan Hydro Energy (KHE) dan Sumitomo Corporation selaku inisiator dan pemrakarsa proyek PLTA akan menjajaki peluang sinergi untuk mendukung kebijakan nasional melalui inisiatif kerja sama dengan PLN. Kerja sama ini terkait percepatan pengurangan emisi karbon dan menggantinya dengan energi terbarukan.

“Pengembangan PLTA Kayan Cascade bisa mengembangkan sampai sekitar 12 Giga Watt ini sudah menjadi perhatian Presiden, dan ini sudah menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk mencapai net-zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Pemerintah juga menargetkan 23 persen dari keseluruhan sumber energi di Indonesia berasal dari renewable energi pada 2026,” kata Airlangga, dalam keterangan resmi.

Sementara itu, Direktur Operasional KHE, Khaeroni menjelaskan, pihaknya telah melakukan berbagai hal terkait elektrifikasi untuk kebutuhan industri maupun pelabuhan. Sejak 2019 KHE sudah melakukan pekerjaan pra-konstruksi dan tahun ini KHE telah menyiapkan kegiatan awal infrastruktur penunjang konstruksi untuk pembangunan PLTA Kayan Cascade yang berpotensi menghasilkan daya listrik sebesar 9.000 megawatt.

“Saat ini pekerjaan di lapangan tidak bisa maksimal karena masih menunggu proses pe­netapan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Dan, pada prinsipnya IPPKH tersebut bisa terbit dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena ada­nya perubahan peraturan perundang-undangan. Juga berdasarkan surat balasan dari KLHK kepada KHE ter­kait persyaratan yang sudah memenuhi kelengkapan teknis, legal maupun administrasi dan kewajiban,’’ jelas Khaeroni.

Lebih lanjut Khaeroni menga­takan, pihaknya telah menunggu IPPKH tersebut cukup lama yang berakibat pekerjaan di lapangan tidak bisa maksimal. “Selama ini kami hanya bekerja di luar dari kawasan hutan. Kami tidak berani melakukan kegiatan apa pun yang berada di kawasan hutan tersebut karena bisa dianggap melanggar aturan,” jelas Khaeroni.

Nilai investasi KHE untuk PLTA ini mencapai 17,8 miliar dollar AS, dengan lebih dari Rp 2 triliun dana sudah digelontorkan oleh KHE. Angka ini belum termasuk pembiayaan infrastruktur dan pengembangan industri. KHE juga telah menandatangani kontrak engineering, procurement, and construction (EPC) dengan Sinohydro Corporation Limited, salah satu pengembang terbesar PLTA di dunia, pada 31 Oktober 2018 silam. “Target PLTA Kayan masih sesuai perencanaan awal, yaitu konstruksi selesai pada tahun 2024 dan tahap commercial operation date (COD) pada tahun 2025 mendatang,” tambah Khaeroni.

Sebagai informasi, kapasitas PLTA Kayan Cascade pada tahap pertama direncanakan sebesar 900 Megawatt (MW), tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW. Tahap pertama ditargetkan selesai pada 2026. Sementara itu, tahap kedua hingga tahap kelima masing-masing akan memakan waktu 2 hingga 3 tahun dari tahap pertama. (Hartatik)

Foto banner: Sketsa Proyek PLTA Kayan (Dok Dinas ESDM Kalimantan Utara)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles