Jakarta – Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, menyatakan Indonesia menghabiskan devisa hingga Rp 500 triliun setiap tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan impor minyak mentah, dan pemerintah harus segera mengambil langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan tersebut dan meningkatkan produksi minyak nasional. Langkah ini, menurutnya, dapat dimulai dengan mengoptimalkan kembali sumur-sumur minyak yang selama ini tidak beroperasi.
Pada acara Repnas National Conference & Awarding Night, Senin, 14 Oktober, Bahlil menjelaskan bahwa menurunnya produksi minyak Indonesia beberapa tahun terakhir membuat Indonesia harus meningkatkan impor untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. “Kita harus menemukan solusi untuk kedaulatan energi. Salah satunya adalah dengan menekan ketergantungan impor melalui peningkatan produksi dalam negeri,” ungkap Bahlil.
Bahlil menguraikan tiga langkah utama yang bisa ditempuh untuk meningkatkan lifting atau produksi minyak nasional. Langkah pertama, menurutnya, adalah dengan mengaktifkan kembali sumur-sumur minyak yang saat ini tidak digunakan atau menganggur. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki sekitar 44.900 sumur minyak, dengan 16.600 di antaranya dalam kondisi idle. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 5.000 sumur memiliki potensi untuk dioptimalkan sehingga dapat mendongkrak produksi minyak dalam negeri.
Selain itu, Bahlil juga menyebutkan bahwa sumur-sumur aktif yang ada saat ini perlu diintervensi dengan teknologi terkini untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
“Sumur-sumur yang masih aktif bisa kita tingkatkan kapasitasnya dengan teknologi yang tepat. Kita perlu mempercepat inovasi di sektor ini agar bisa bersaing dengan negara-negara lain,” tambahnya.
Langkah ketiga yang disarankan adalah mempercepat eksplorasi sumur-sumur baru, terutama di wilayah timur Indonesia yang kaya akan potensi minyak. Meski membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang cepat, Bahlil menegaskan bahwa langkah ini perlu diambil.
Pengurangan regulasi untuk menarik investor
Di samping itu, Bahlil menyampaikan bahwa pihaknya tengah melakukan pemangkasan regulasi untuk mempercepat proses eksplorasi. Dari sekitar 320 izin yang sebelumnya harus ditempuh, kini tinggal 140 izin yang masih berlaku. Ke depan, jumlah ini akan dipangkas lagi agar lebih efisien.
Sejalan dengan upaya mengurangi ketergantungan pada impor minyak, Bahlil menyoroti pentingnya transisi energi ke energi baru dan terbarukan. Pemerintah Indonesia, dengan dukungan presiden terpilih Prabowo Subianto, kini mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
“Jika kita bisa meningkatkan adopsi kendaraan listrik, kita bisa mengurangi ketergantungan pada minyak bumi, yang juga merupakan bagian dari kedaulatan energi kita,” kata Bahlil.
Bahlil menyatakan optimisme bahwa kombinasi antara peningkatan produksi minyak dalam negeri dan pengurangan konsumsi energi fosil melalui kendaraan listrik dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor energi secara signifikan.
Bahlil menyoroti bahwa Indonesia pernah berada dalam posisi surplus energi di masa lalu, tepatnya pada tahun 1996–1997 ketika produksi minyak nasional mencapai 1 juta barel per hari. Namun, kini produksi tersebut turun menjadi sekitar 600.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan mencapai 1 juta barel per hari. Hal ini mengharuskan Indonesia untuk mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel minyak setiap hari.
Dengan berfokus pada optimalisasi sumur minyak yang ada, adopsi teknologi baru, serta penyederhanaan regulasi, Bahlil berharap agar Indonesia bisa memperkuat produksi energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Ini, menurutnya, adalah langkah penting untuk memastikan kedaulatan energi Indonesia di masa depan. (Hartatik)